Sabtu, 14 Februari 2015

Al-Hikam 11

“Kuburlah dirimu di tanah kerendahan karena sesuatu yang tumbuh tanpa dikubur (ditanam) hasilnya kurang sempurna”
--Ibnu Atha’illah al-Iskandari--

            Maksud “tanah kerendahan” adalah tanah di mana popularitas tak tumbuh subur. Maksud “kuburlah dirimu di sana” adalah kau tidak usah menempuh sebab-sebab popularitas, seperti menawarkan dirimu untuk sebuah jabatan yang membuatmu terkenal, kau harus merendah hati dan jangan mencari kedudukan tertentu. Jangan memandang jabatan yang sedang kau sandang sebagai hal yang besar. Yakinlah bahwa kebaikan akan kau dapatkan saat kau meninggalkan itu semua. Namun jangan kau tinggalkan itu semua, kecuali atas bimbingan gurumu atau atas izin Tuhanmu.
            Ibnu Atha’illah memberi contoh tentang hal itu dengan ungkapan, “sesuatu yang tumbuh tanpa dikubur (benihnya) hasilnya kurang sempuna” maksudnya, benih yang tidak ditanam dalam-dalam hanya akan tumbuh lemah, kering, dan tak bisa dimanfaatkan. Bahkan mungkin benih itu akan mudah dimakan oleh burung atau binatang lain sebelum tumbuh menjadi tanaman.
            Demikian pula seorang salik, jika ia mencari-cari popularitas di awal, jarang yang berhasil diakhir. Semakin ia merendahkan diri maka maqam ikhlas akan semakin cepat diraihnya. Bila sejak awal ia mendasari segala urusannya atas sikap menjauh dari makhluk, tidak mau dikenang, tidak suka popularitas, dan memilih untuk bersama Tuhannya, ia akan bersama Tuhannya. Jika Tuhan berkehendak, Dia akan memunculkannya dan menjadikannya terkenal. Jika tidak, Dia akan menutupinya dan membuatnya tidak dikenal.
            Abu al-Abbas rahimahullah berkata, “siapa yang menginginkan popularitas, ia adalah budak popularitas. Siapa yang mencintai para penguasa, ia akan menjadi budak penguasa. Siapa yang menyembah Allah, baginya sama saja, terkenal ataupun tidak”.

(Ulasan oleh Syekh Abdullah asy-Syarqawi al-Khalwati)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar