“Di saat tekad salik ingin berhenti
pada apa yang tersingkap baginya, suara-suara hakikat pun memperingatinya,
“yang kau cari ada didepanmu” Dan di saat pesona alam tampak menggoda,
hakikat-hakikatnya pun berujar, “Kami hanyalah ujian maka jangan kau kufur””
--Ibnu
Atha’illah al-Iskandari--
Tekad seorang salik (peniti jalan
menuju Allah) tidak akan berhenti setelah mendapatkan makrifat, rahasia, dan
cahaya-cahaya ilahi. Ia tidak akan memandang bahwa makrifat, ahwal, dan maqam
yang telah diraihnya merupakan tujuan utama dan akhir dari perjalanannya.
Bisikan-bisikan hakikat Ilahi akan menyeru hatinya agar tidak berhenti sampai
di situ, “karena apa yang kau cari ada di depanmu” apa yang dicari dan
diinginkan salik adalah “sampai kepada Tuhannya”, bukan sampai kepada sesuatu
selain-Nya.
Saat dunia sedang menebar pesonanya,
ia akan berseru dengan suara yang tak kaudengar, “kami hanya ujian dan cobaan
maka jangan kau tertipu oleh kami dan jangan berhenti sampai disini. Jangan
jadikan dirimu budak kami sehingga kau akan terhalang dari Allah karena sikap
semacam ini sama saja dengan kufur terhadap nikmat Tuhan Pemberi Nikmat.”
Syukur atas nikmat Tuhan diwujudkan
dengan cara menemui dan mendatangi Tuhan Yang Memberi nikmat, sedangkan sikap
berpaling dari nikmat, namun di saat yang sama tetap menikmati nikmat tersebut,
adalah cerminan sikap tidak tahu diri dihadapan Tuhan.
(Ulasan oleh Syekh Abdullah asy-Syarqawi al-Khalwati)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar