Minggu, 22 Maret 2015

Al-Hikam 33

“Yang Maha Haq (Allah) tidaklah terhijab. Yang terhijab adalah pandanganmu sehingga kau tak bisa melihat-Nya karena jika Dia dikatakan terhijab, itu artinya, sesuatu menutupinya. Jika Dia tertutupi sesuatu, itu artinya wujudnya terbatas. Segala sesuatu yang terbatas adalah lemah, padahal, “Dia adalah Mahakuasa (qahar) atas segala sesuatu.” (QS.al-An’am[6]: 18)”
--Ibnu Atha’illah al-Iskandari--

            Terhijab bukanlah sifat Allah swt. yang memiliki sifat terhijab adalah dirimu sendiri. Jika kau ingin sampai kepada-Nya, kau harus mencari dan mengobati semua kekuranganmu, niscaya kau akan sampai kepada-Nya dan melihat-Nya dengan mata batinmu.
            Hikmah diatas menepis anggapan yang menyatakan bahwa tidak mustahil Allah terhalang oleh hijab karena hijab biasa digunakan oleh para pembesar atau raja untuk memperlihatkan keagungan dan kemuliaannya. Jawaban terhadap anggapan ini adalah, sekiranya Allah terhijab sesuatu, seperti halnya para pembesar dan raja, niscaya Allah terkurung dalam hijab itu, terpenjara dan terbatas ruang geraknya. Tentu hal ini tidak mungkin terjadi pada Allah swt. berdasarkan firman-Nya, “Dan dialah yang berkuasa atas sekalian hamba-hamba-Nya dan Dialah Yang Mahabijaksana dan Maha Mengetahui.”(QS.al-An’am[6]: 18)
           

(Ulasan oleh Syekh Abdullah asy-Syarqawi al-Khalwati)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar