“ ’Sinar mata hati’ membuatmu
menyaksikan kedekatan-Nya denganmu. ‘Penglihatan mata hati’ membuatmu
menyaksikan ketiadaanmu karena keberadaan-Nya. ‘Hakikat mata hati’ membuatmu
menyaksikan keberadaan-Nya, bukan ketiadaanmu dan bukan pula keberadaanmu”
--Ibnu
Atha’illah al-Iskandari--
Sinar mata hati sering disebut
dengan cahaya akal dan ‘ilmu yaqin.
Penglihatan mata hati sering disebut dengan cahaya ilmu dan ‘ainul yaqin. Hakikat mata hati sering
disebut dengan cahaya kebenaran dan haqqul
yaqin.
Cahaya-cahaya ilahi tersebut akan
menyinari hati seorang salik. Setiap
cahaya tersebut memiliki buah dan manfaatnya sendiri-sendiri.
Seseorang berkata, “seorang hamba
tidak akan sampai pada hakikat tawadhu’, kecuali saat terpancarnya cahaya musyahadah dari hatinya.” Saat itu,
nafsunya akan larut dan tunduk pada Sang Khalik dan bersikap rendah hati
dihadapan makhluk.
Melalui hikmah ini, Ibnu Atha’illah
menjelaskan bahwa orang yang terbuka dengan cahaya yang pertama akan merasa
kedekatan Allah. Ia akan selalu sadar pengawasan Allah dan malu kepada-Nya. Ia
merasa bahwa pandangan Allah tidak pernah luput darinya, baik itu saat ia
melaksanakan perintah-Nya maupun saat menjauhi larangan-Nya.
Orang yang terbuka dengan cahaya
kedua akan merasa ketiadaan segala wujud karena wujud Tuhan Yang Maha Haq. Ia
akan melihat bahwa alam semesta ini tidak ada dan tidak memedulikannya lagi
karena wujud alam semesta ini hanyalah akibat wujud Yang Maha Haq. Wujud hakiki
hanyalah milik Allah swt. Dalam pandangannya, tak ada lagi yang dijadikan
sandaran atau tempat berkeluh kesah, kecuali Allah. Ia hanya akan bertawakkal
kepada-Nya, rida, dan memasrahkan diri kepada-Nya.
Sementara itu, orang yang terbuka
dengan cahaya ketiga akan memiliki dzat
dan jiwa yang suci. Ia akan merasa kefanaan secara total. Kefanaan yang abadi
karena luluh dengan wujud Tuhannya. Rahasia-rahasia Ilahi pun terkuak di
hadapannya. Jika ia naik dari kefanaan total itu, ia akan menempati maqam keabadian.
Penulis al’-Awarif berkata, “Orang yang abadi di satu maqam tidak akan dihalangi Allah dari makhluk dan tidak akan
dihalangi makhluk dari Alah, sedangkan orang yang fana akan terhalangi oleh
Yang Maha Haq dari makhluk.
(Ulasan oleh Syekh Abdullah asy-Syarqawi al-Khalwati)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar