“Berteman dengan orang bodoh yang
tidak puas dengan keadaan dirinya lebih baik bagimu dari pada berteman dengan
orang berilmu yang puas dengan keadaan dirinya. Di mana letak berilmunya orang
berilmu yang puas dengan dirinya itu? Di mana pula letak bodohnya orang bodoh
yang tidak puas terhadap dirinya itu?”
--Ibnu
Atha’illah al-Iskandari--
Orang bodoh ialah orang yang tidak
memiliki ilmu lahir. Tidak puas dengan keadaan diri sendiri, misalnya dengan
menganggap dirinya hina atau menyadari kekurangannya.
Tidaklah baik berteman dengan
seseorang yang puas dengan keadaan dirinya sendiri walaupun ia seorang yang
alim (orang berilmu). Bagaimanapun, pertemanan dapat mendatangkan pengaruh yang
besar padamu. Ketika kau berteman dengan alim yang sudah berpuas diri, kau bisa
mendapatkan sifat buruknya sehingga ilmunya tidak berguna bagimu dalam
melembutkan jiwamu. Kebodohan yang membuat orang alim puas diri itulah yang
berbahaya bagimu. Seakan ia bukan orang yang berilmu karena rela dengan aib
yang dimiliki dirinya.
Sebaliknya, berteman dengan orang
bodoh yang tidak puas dengan keadaan dirinya lebih baik dan lebih bermanfaat
bagimu. Biasanya, tabiat seseorang didapat dari tabiat orang lain; nafsu selalu
terdorong untuk mengikuti orang yang dianggap baik kondisinya. Oleh karena itu,
kebodohan orang bodoh tidak akan berbahaya bagimu. Namun, ilmunya – yang
membuatnya tidak puas terhadap keadaan dirinya – justru amat berguna bagimu.
Seakan ia bukan orang bodoh karena mengetahui kekurangan dirinya sampai tidak
merasa puas terhadap dirinya. Dengan demikian, orang bodoh yang tahu kekurangan
dirinya bisa disebut orang yang memiliki ilmu. Oleh karena itu, bergaul dengan
orang bodoh seperti ini akan bermanfaat dan lebih baik bagimu.
(Ulasan oleh Syekh Abdullah asy-Syarqawi al-Khalwati)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar