“Alam dapat menampungmu dari sisi
fisik, tetapi ia tidak dapat menampungmu dari sisi ruh.”
--Ibnu
Atha’illah al-Iskandari--
Alam, yaitu bumi yang kau huni, dapat menampungmu
secara fisik karena fisikmu adalah bagian dari alam. Kemaslahatannya pun bergantung
pada alam. Namun, alam tidak dapat menampungmu dari sisi ruhani karena ruh
bukan berasal dari alam ini dan tidak sejenis dengan alam. Oleh karena itu, ruh
tidak layak bergantung kepada sesuatu yang berasal dari alam ini. Ruh hanya
layak bergantung kepada Allah swt.
Kesimpulannya, manusia adalah gabungan dari dua hal:
jasad dan ruh. Antara jasad dengan alam terdapat kesesuaian dan kesamaan. Oleh
karena itu, jasad pantas bergantung pada alam. Jika jasad mengonsumsi yang ada
di alam ini, jasad akan mampu bertahan di alam ini. Jika tidak, ia akan binasa,
sebagaimana yang telah ditetapkan sunnatullah.
Namun, antara ruh dan alam tidak terdapat kesesuaian dan kesamaan. Oleh karena
itu, ruh tidak layak bergantung pada alam. Ia hanya patut bergantung kepada
Sang Pencipta alam, yaitu Allah swt.
Maka dari itu, kita harus berusaha menyempurnakan ruh
dengan zikir-zikir dan olah batin agar semua kotoran kemanusiaannya hilang
sehingga ia layak bergantung kepada Tuhan Yang MahaAgung. Adapun untuk jasad,
kita tidak perlu memedulikan apa yang layak baginya karena Allah telah
menjaminnya.
Dalam sebuah syair disebutkan:
Wahai pelayan
tubuh, betapa kau menderita saat melayaninya.
Kau mengharap
keuntungan dari sesuatu yang jelas merugikan.
Sebaiknya, kau
memerhatikan ruh dan menyempurnakan kemuliaannya.
Dengan ruh, kau
disebut manusia, bukan dengan jasad.
(Ulasan oleh Syekh Abdullah asy-Syarqawi al-Khalwati)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar