Rabu, 25 November 2015

Alhikam 91 (Buku Kedua)

“Alam dapat menampungmu dari sisi fisik, tetapi ia tidak dapat menampungmu dari sisi ruh.”
--Ibnu Atha’illah al-Iskandari--

Alam, yaitu bumi yang kau huni, dapat menampungmu secara fisik karena fisikmu adalah bagian dari alam. Kemaslahatannya pun bergantung pada alam. Namun, alam tidak dapat menampungmu dari sisi ruhani karena ruh bukan berasal dari alam ini dan tidak sejenis dengan alam. Oleh karena itu, ruh tidak layak bergantung kepada sesuatu yang berasal dari alam ini. Ruh hanya layak bergantung kepada Allah swt.
Kesimpulannya, manusia adalah gabungan dari dua hal: jasad dan ruh. Antara jasad dengan alam terdapat kesesuaian dan kesamaan. Oleh karena itu, jasad pantas bergantung pada alam. Jika jasad mengonsumsi yang ada di alam ini, jasad akan mampu bertahan di alam ini. Jika tidak, ia akan binasa, sebagaimana yang telah ditetapkan sunnatullah. Namun, antara ruh dan alam tidak terdapat kesesuaian dan kesamaan. Oleh karena itu, ruh tidak layak bergantung pada alam. Ia hanya patut bergantung kepada Sang Pencipta alam, yaitu Allah swt.
Maka dari itu, kita harus berusaha menyempurnakan ruh dengan zikir-zikir dan olah batin agar semua kotoran kemanusiaannya hilang sehingga ia layak bergantung kepada Tuhan Yang MahaAgung. Adapun untuk jasad, kita tidak perlu memedulikan apa yang layak baginya karena Allah telah menjaminnya.
Dalam sebuah syair disebutkan:
Wahai pelayan tubuh, betapa kau menderita saat melayaninya.
Kau mengharap keuntungan dari sesuatu yang jelas merugikan.
Sebaiknya, kau memerhatikan ruh dan menyempurnakan kemuliaannya.
Dengan ruh, kau disebut manusia, bukan dengan jasad.


(Ulasan oleh Syekh Abdullah asy-Syarqawi al-Khalwati)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar