“Siapa yang merasa tidak mungkin
diselamatkan Allah dari syahwatnya dan dikeluarkan-Nya dari kelalaiannya,
berarti menganggap lemah kuasa Ilahi, padahal, ‘Allah MahaKuasa atas segala
sesuatu.’(QS.al-Kahfi[18]: 45)”
--Ibnu
Atha’illah al-Iskandari--
Orang yang merasa bahwa Allah mustahil akan
menyelamatkannya dari syahwat dan kelalaian yang telah menguasainya berarti ia
menganggap lemah kuasa Ilahi, padahal Allah MahaKuasa atas segala sesuatu.
Allah swt. mampu melakukan segala sesuatu, termasuk menyelamatkan manusia dari
keburukan syahwat dan kelalaian. Oleh karena itu, seorang hamba harus menuju
pintu Tuhannya dengan penuh kerendahan dan kehinaan. Semoga saja Dia akan
memudahkan yang dirasa sulit baginya dan menampakkan yang dianggap mustahil.
Makna ini didukung oleh berbagai kisah yang
diriwayatkan dari beberapa orang saleh
yang awalnya berkubang dalam kelalaian dan kesalahan. Allah swt. mendekati
mereka dengan kelembutan-Nya, memperbaiki amal mereka, dan menjernihkan ahwal mereka, seperti yang dialami Fudhail
bin Iyyadh, Abdullah bin Mubarak, dan Abi ‘Iqqal bin ‘Ulwan.
(Ulasan oleh Syekh Abdullah asy-Syarqawi al-Khalwati)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar