Selasa, 17 November 2015

Alhikam 42 (Buku Kedua)

“Siapa yang merasa tidak mungkin diselamatkan Allah dari syahwatnya dan dikeluarkan-Nya dari kelalaiannya, berarti menganggap lemah kuasa Ilahi, padahal, ‘Allah MahaKuasa atas segala sesuatu.’(QS.al-Kahfi[18]: 45)”
--Ibnu Atha’illah al-Iskandari--

Orang yang merasa bahwa Allah mustahil akan menyelamatkannya dari syahwat dan kelalaian yang telah menguasainya berarti ia menganggap lemah kuasa Ilahi, padahal Allah MahaKuasa atas segala sesuatu. Allah swt. mampu melakukan segala sesuatu, termasuk menyelamatkan manusia dari keburukan syahwat dan kelalaian. Oleh karena itu, seorang hamba harus menuju pintu Tuhannya dengan penuh kerendahan dan kehinaan. Semoga saja Dia akan memudahkan yang dirasa sulit baginya dan menampakkan yang dianggap mustahil.
Makna ini didukung oleh berbagai kisah yang diriwayatkan  dari beberapa orang saleh yang awalnya berkubang dalam kelalaian dan kesalahan. Allah swt. mendekati mereka dengan kelembutan-Nya, memperbaiki amal mereka, dan menjernihkan ahwal mereka, seperti yang dialami Fudhail bin Iyyadh, Abdullah bin Mubarak, dan Abi ‘Iqqal bin ‘Ulwan.  


(Ulasan oleh Syekh Abdullah asy-Syarqawi al-Khalwati)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar