Sabtu, 28 November 2015

Alhikam 103 (Buku Kedua)

“Allah memuliakanmu dengan tiga jenis kemuliaan. Pertama, Dia menjadikanmu berzikir mengingat-Nya. Andai tidak ada karunia-Nya, tentu kau tidak layak untuk berzikir mengingat-Nya. Kedua, Dia menjadikanmu dikenal lantaran Dia menisbatkan zikir tadi padamu. Ketiga, Dia menjadikanmu disebut-sebut di sisi-Nya sehingga nikmat-Nya padamu menjadi sempurna.”
--Ibnu Atha’illah al-Iskandari--

Tuhan – yang membuatmu menyaksikan-Nya, lalu menyuruhmu menyaksikan-Nya, – telah memuliakanmu sehingga kau selalu berzikir kepada-Nya dengan lisanmu, beribadah kepada-Nya, dan mendekati-Nya dengan hati dan batinmu. Allah memuliakanmu dengan tiga karamah yang dengannya kau menghimpun semua sebab kebanggaan dan sifat-sifat terpuji.
Pertama, Allah menjadikanmu berzikir kepada-Nya dengan lisanmu dan dengan ibadah lahir dan batinmu. Sekiranya bukan karena karunia-Nya, niscaya kau tidak akan layak disebut-sebut Allah karena kau tercipta untuk selalu kurang, malas, dan enggan. Oleh karena itu, zikirmu kepada-Nya adalah karunia dan anugerah-Nya yang besar kepadamu. Memangnya, siapa dirimu sampai dianggap layak untuk berzikir kepada-Nya, taat, dan bergantung kepada-Nya?
Kedua, Allah menjadikanmu dikenal orang, yakni kau akan disebut-sebut manusia sebagai wali Allah, makhluk pilihan-Nya, dan ahli zikir kepada-Nya. Di sini Allah akan memasukkan keistimewaan-Nya pada dirimu, yaitu berupa cahaya-cahaya zikir yang menerangi lahir dan batinmu sehingga kau memiliki keistimewaan itu dan menjadi makhluk pilihan-Nya. Keistimewaan itulah yang mendorongmu untuk selalu berzikir dan mengingat-Nya.
Orang yang mendapatkan sedikit pemberian dari seorang raja saja biasanya terdorong untuk selalu mengingat kebaikan raja tersebut. Ia akan bahagia, selalu mengingatnya, dan selalu menjaga nama baiknya. Lantas, bagaimana sekiranya kau mendapatkan karunia agung dari Tuhan, Raja seluruh alam semesta, sehingga kau selalu disebut-sebut di sisi-Nya dan dikenal di tengah-tengah kaum mukmin hingga akhir zaman?
Tengok misalnya para ulama dan orang-orang saleh yang banyak berzikir kepada Allah. Saat mereka meninggal, pujian terhadap mereka terus terngiang. Namanya selalu disebut orang dan tak sedikit yang mendo’akan.
Ketiga, Allah menjadikanmu disebut-sebut di sisi-Nya. Kondisi ini sesuai hadis qudsi, “Siapa yang mengingat-Ku dalam dirinya, Aku pun akan selalu mengingatnya dalam diri-Ku. Siapa yang berzikir mengingat-Ku di suatu tempat, Aku akan mengingatnya di suatu tempat yang lebih baik daripada tempat itu.” Allah menyempurnakan nikmat-Nya kepadamu dengan menyebut-nyebut namamu di sisi-Nya.
Allah swt. berfirman, “Dan sesungguhnya mengingat Allah (zikrullah) adalah lebih besar.” (QS.al-Ankabut[29]: 45). Ada yang berpendapat bahwa makna zikrullah pada ayat tesebut adalah “ingatan Allah”, bukan “mengingat Allah”. Artinya, ketika hamba mengingat-ingat nama Allah, Allah akan jauh lebih mengingat-ingat hamba tersebut.


(Ulasan oleh Syekh Abdullah asy-Syarqawi al-Khalwati)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar