“Bila hati masih merasa risau dan
sedih berarti masih terhalang untuk menyaksikan-Nya.”
--Ibnu
Atha’illah al-Iskandari--
Bila hati masih merasakan sedih dan risau terhadap
hal-hal yang bersifat duniawi, berarti hati tersebut masih terhalang dari
melihat Allah swt. dengan mata batinnya. Jika tidak, tentu ia tidak akan
merasakan risau dan sedih atas hilangnya sesuatu dari dunia ini.
Perasaan risau dan sedih tersebut adalah akibat dari
sikap memandang diri sendiri dan mengedepankan maslahat pribadi. Sekiranya
seseorang tidak melihat dirinya sendiri dan hanya menyaksikan Tuhannya, tentu
ia akan selalu senang dan bahagia. Allah swt. berfirman, “Janganlah kau bersedih. Sesungguhnya Allah senantiasa bersama kita.”
Siapa yang hatinya bersinar dengan cahaya makrifat, ia
tidak akan bersedih selamanya. Akan tetapi, jika orang yang mencapai maqam ini masih merasakan kesedihan dan
kerisauan yang tak tertahankan, ketahuilah bahwa di dalam kesedihan dan
kerisauan itu masih ada faedah yang mulia. Kesedihan dan kerisauan dapat
menjernihkan hati dan memadamkan hawa nafsu serta mengurangi kesenangan dunia.
Kerisauan selalu berhubungan dengan sesuatu yang akan
datang dan kesedihan berhubungan dengan sesuatu yang sudah lampau. Keduanya
bisa terjadi terhadap perkara-perkara ukhrawi.
Seorang ahli neraka tidak mengalami kerisauan dan
kesedihan, kecuali ia tidak bisa menyaksikan Tuhannya. Jika ia sudah melihat
Tuhannya, ia tidak lagi mengalami dua perasaan itu. Azab akan terasa manis dan
nikmat dalam pandangannya.
(Ulasan oleh Syekh Abdullah asy-Syarqawi al-Khalwati)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar