“Tafakkur adalah petualangan hati di
medan ciptaan Allah.”
--Ibnu
Atha’illah al-Iskandari--
Tafakkur adalah perjalanan hati di ranah kemakhlukan
atau di medan makhluk dan ciptaan Allah, berupa langit, bumi, dan seluruh
isinya. Dengan kata lain, tafakkur adalah perjalanan hati di tengah berbagai
jenis makhluk dan ciptaan Allah untuk menghasilkan ilmu pengetahuan dan
pelajaran serta tanda-tanda yang menghantarkan kepada makrifat Allah dan
mengenali sifat-sifat kesempurnaan dan keindahan-Nya. Jika hati bertafakkur
tentang wujud makhluk, ia akan dituntun kepada wujud Sang Pencipta. Inilah
tafakkurnya orang-orang awam.
Jika hati bertafakkur tentang kebaikan dan buahnya –
berupa pahala dan kedekatan dengan Yang MahaMulia – ia akan terdorong untuk
melaksanakan kebaikan karena berharap mendapatkan pahala itu. Jika hati
berpikir tentang keburukan dan buahnya – berupa azab – ia akan terdorong
meninggalkan keburukan dan tidak mau mendekatinya. Inilah tafakkurnya
orang-orang abid.
Apabila hati bertafakkur tentang kefanaan dan
ketidakmampuan dunia untuk memenuhi semua keinginan, ia akan bertambah zuhud
dan meninggalkannya. Inilah tafakkurnya para zahid.
Bila hati bertafakkur tentang nikmat dan karunia
Allah, kecintaannya terhadap Sang Pemberi nikmat akan semakin besar. Inilah
tafakkurnya orang-orang ‘arif.
Dalam bertafakkur, yang boleh dipikirkan hanyalah
makhluk Allah, bukan dzat dan hakikat-Nya karena berpikir tentang dzat Allah
dilarang. Rasulullah saw. bersabda, “Berpikirlah
tentang ciptaan-Nya. Jangan berpikir tentang Khalik karena kalian takkan
sanggup memperkirakan-Nya.
(Ulasan oleh Syekh Abdullah asy-Syarqawi al-Khalwati)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar