“Bagaimana kau dapat menuntut
imbalan atas amal, padahal Allah yang menyedekahkan amal itu kepadamu?
Bagaimana kau dapat meminta ganjaran atas keikhlasan, padahal Allah yang
menghadiahkan keikhlasan itu kepadamu?”
--Ibnu
Atha’illah al-Iskandari--
Bagaimana kau meminta pahala atas amal yang telah
Allah sedekahkan untukmu? Tentu sikap ini tidak layak bagimu karena manusia
tidak meminta imbalan dari orang lain, kecuali ia mengerjakan satu pekerjaan
yang manfaatnya kembali kepada orang itu. Di sini sifat tersebut tidak ada
karena manfaat amal itu hanya kembali kepada dirimu, bukan kepada Allah swt.
Dia sama sekali tidak membutuhkan dirimu dan amalmu.
Selain diberikan atas dasar amal, pahala juga
diberikan berdasarkan ketulusan dan keikhlasan di dalam amal itu. Dalam beramal
pun, kau tidak layak meminta balasan atas ketulusanmu karena ketulusan itu
adalah hadiah Allah untukmu. Oleh sebab itu, Ibnu Atha’illah berkata,
“Bagaimana kau dapat meminta ganjaran atas keikhlasan, padahal Allah yang
menghadiahkan keikhlasan itu kepadamu?”
Di sini Ibnu Atha’illah menggunakan lafal “sedekah dan
hadiah” sebagai pengingat atas hal yang disebutkan, yaitu bahwa amal dan ikhlas
di dalamnya tak lain manfaatnya untuk dirimu sendiri. Oleh sebab itu, tak patut
dan amat buruk bagimu jika meminta imbalan atau pahala atas amal itu. Maka dari
itu, ungkapan hikmah di atas menggunakan lafal pertanyaan “bagaimana” yang
menunjukkan pertanyaan, tetapi berkonotasi cibiran.
Dalam hikmah di atas, untuk mengungkapkan amal lahir,
Ibnu Atha’illah menggunakan lafal “menyedekahkan”, sedangkan untuk
mengungkapkan keikhlasan yang merupakan amal batin dan poros diterimanya amal
lahir, beliau menggunakan lafal “menghadiahkan”. Hal itu dimaksudkan untuk
menjelaskan perbedaan antara keduanya (amal dan keikhlasan) dalam hal
kemuliaan, seperti perbedaan antara sedekah dan hadiah. Sedekah diberikan
kepada kaum fakir, sedangkan hadiah diberikan kepada orang-orang kaya sehingga
hadiah lebih menunjukkan kehormatan orang yang diberi hadiah itu.
(Ulasan oleh Syekh Abdullah asy-Syarqawi al-Khalwati)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar