Sabtu, 21 November 2015

Alhikam 77 (Buku Kedua)

“Sebaik-baik ilmu adalah yang disertai rasa takut pada-Nya.”
--Ibnu Atha’illah al-Iskandari--

Rasa takut kepada Allah adalah rasa takut yang disertai pengagungan terhadap-Nya. Ada yang mengatakan, rasa takut yang dimaksud adalah pengagungan yang disertai penghormatan. Ada lagi yang berpendapat, ilmu adalah rasa takut yang harus disertai amal. Dengan kata lain, ilmu yang terbaik adalah ilmu yang disertai rasa takut kepada Allah.
Allah swt. memuji para ulama dengan ilmunya yang disertai rasa takut kepada-Nya. Dia berfirman, “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama.” (QS.Fathir[35]: 28)
Setiap ulama yang tidak disertai rasa takut tidak akan ada gunanya dan tidak mengandung kebaikan sama sekali. Pemiliknya tidak disebut alim sejati.
Ilmu yang benar adalah yang harus disertai rasa takut, sikap menjaga hukum Allah, taat dan percaya kepada-Nya, berpaling dari dunia dan para pencarinya, mengurangi kebendaan dan menjauhi pintu-pintunya, memberi nasihat kepada makhluk dan berakhlak baik terhadap mereka, tawadhu’, menemani orang-orang fakir, serta mengagungkan para wali Allah,
Lain halnya dengan ilmu yang tidak disertai rasa takut, ia selalu memupuk keinginan terhadap dunia, menciptakan kesombongan pemiliknya, memalingkan tekad untuk mencarinya,  menumbuhkan kesombongan, membuat panjang harapan, dan melupakan akhirat. Jika seorang alim mencintai dunia dan para pencarinya, serta mengumpulkannya melebihi kecukupannya, berarti ia lalai dari akhirat dan dari ketaatan kepada Allah sebesar kelalainnya.


(Ulasan oleh Syekh Abdullah asy-Syarqawi al-Khalwati)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar