“Terkadang seorang ‘arif malu
mengungkapkan kebutuhannya kepada Allah karena merasa cukup dengan
kehendak-Nya, apalagi mengungkapkan kebutuhannya kepada makhluk.”
--Ibnu
Atha’illah al-Iskandari--
Seorang ‘arif
dan muhaqqiq terkadang merasa malu
untuk mengadukan kebutuhannya kepada Allah. Ia tidak akan meminta sesuatu pun
dari-Nya karena ia merasa cukup dengan kehendak dan ketentuan-Nya, baik berupa
pemberian, penolakan, manfaat, maupun bahaya.
Asy-Syadzili berkata, “Keluarkan semua mahkluk dari
hatimu dan kuatkan asamu terhadap Tuhanmu agar Dia memberimu selain apa yang
telah ditentukan-Nya untukmu.”
Meminta kepada Allah saja seorang ‘arif malu, apalagi meminta dan mengungkapkan kebutuhannya kepada
makhluk. Ia tidak akan meminta kepada makhluk dan tidak mengadukan kebutuhannya
kepada mereka karena para makhluk miskin dan membutuhkan, sedangkan Tuhan
mereka adalah Mahakaya dan Terpuji. Oleh sebab itu, seorang ‘arif akan menjauhkan tekadnya dari
makhluk dan tidak pernah meminta kepada mereka apapun yang ia butuhkan.
Maka dari itu, jangan kau kotori imanmu dengan
ketamakanmu terhadap makhluk dan jangan bersandar, kecuali kepada Tuhan semesta
alam. Ikutilah jalan Ibrahim dalam menjauhkan tekad dari para makhluk.
Ketika Nabi Ibrahim akan dilemparkan ke dalam kobaran
api, Jibril bertanya kepadanya, “Apa kau butuh sesuatu?” Nabi Ibrahim menjawab,
“Aku tidak butuh apa-apa darimu. Aku hanya butuh pertolongan Allah.“ Jibril
lantas berkata, “Kalau begitu, mintalah kepada Allah” Ibrahim berkata,
“Cukuplah bagiku, Dia mengetahui keadaanku.”
Orang-orang yang membutuhkan terbagi ke dalam tiga
golongan. Pertama, mereka yang tidak
sabar. Jika membutuhkan sesuatu, mereka akan meminta kepada manusia. Mereka
juga menerima pemberian dari manusia tanpa menyadari bahwa yang sebenarnya
memberi adalah Allah. Kedua, mereka
yang tidak meminta kepada manusia. Namun jika diberi, mereka menerimanya tanpa
menyadari bahwa yang sebenarnya memberi adalah Allah. Ketiga, mereka yang tidak meminta kepada manusia. Jika diberi,
mereka tidak mau menerimanya.
Sementara itu, para peniti jalan Allah hanya meminta
kepada Allah swt. Apabila Allah menetapkan sesuatu atas mereka, mereka akan
menganggap baik ketetapan Allah itu.
(Ulasan oleh Syekh Abdullah asy-Syarqawi al-Khalwati)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar