Sabtu, 28 November 2015

Alhikam 109 (Buku Kedua)

“Tafakkur itu ada dua macam: tafakkur yang timbul dari pembenaran atau iman dan tafakkur yang timbul dari penyaksian atau penglihatan. Yang pertama milik mereka yang bisa mengambil pelajaran, sedangkan yang kedua milik mereka yang menyaksikan dan melihat dengan mata hati.”
--Ibnu Atha’illah al-Iskandari--

Tafakkur maknanya petualangan hati di medan makhluk Allah swt. Tafakkur ada dua macam. Pertama, tafakkur ahli iman yang bersumber dari pokok keimanannya. Tafakkur ini bertujuan untuk naik ke kedudukan tinggi dan menambah keyakinan. Oleh sebab itu, tafakkur ini disebut dengan fikrat at-taraqqi (tafakkur untuk naik). Tafakkur semaacam ini milik para salikun.
Kedua, tafakkur yang bersumber dari penglihatan dan pandangan. Tafakkur ini disebut dengan fikrat at-tadalli (tafakkur untuk turun). Tafakkur ini milik para majdzubun.
Tafakkur pertama milik orang-orang yang bisa mengambil pelajaran, yakni orang-orang yang menyimpulkan bahwa keberadaan akibat (makhluk) dilahirkan oleh sebab (Khalik). Mereka adalah para salikun saat mengalami taraqqi (naik ke atas) karena pikiran mereka bersumber dari pembenaran dan iman.
Adapun tafakkur kedua milik orang-orang yang menyimpulkan bahwa keberadaan sebab (Khalik) adalah yang melahirkan akibat (makhluk). Mereka adalah para majdzubun saat mereka mengalami tadalli (turun ke bawah). Pikiran mereka bersumber dari penglihatan dan pandangan mata batin. Pikiran ini diperuntukkan bagi orang-orang yang dikehendaki Allah agar ahwal mereka semakin sempurna. Jika tidak, sebagian, bahkan mayoritas majdzub akan tetap terpaku dalam kondisinya dan tak akan bangkit. Adapun selain mereka, yakni orang-orang awam, tafakkur mereka tak lain hanya untuk mendapatkan pembenaran dan keimanan, bukan untuk menambah pembenaran dan keimanan.


(Ulasan oleh Syekh Abdullah asy-Syarqawi al-Khalwati)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar