“Walaupun bentuknya beragam, nikmat
terwujud lantaran penyaksian dan kedekatan dengan Allah. Sebaliknya, meski
bentuknya beragam, siksa terwujud lantaran keberadaan hijab-Nya. Jadi, sebab
siksa adalah keberadaan hijab dan sebab kesempurnaan nikmat adalah dengan
memandang wajah-Nya yang mulia. ”
--Ibnu
Atha’illah al-Iskandari--
Walaupun nikmat dunia dan akhirat bermacam-macam
bentuknya, entah berupa pakaian, makanan, bidadari, ataupun surga, kenikmatan
saat menikmati semua itu terwujud lantara kita menyaksikan Allah dan merasakan
kedekatan-Nya. Maksudnya, semua kenikmatan itu akan menjadi nikmat yang
sesungguhnya apabila saat mendapatkannya, kau tetap merasa menyaksikan Allah
dan hadir bersama-Nya.
Jika tidak, semuanya bukanlah kenikmatan hakiki,
melainkan derita dan azab karena derita dan azab, walaupun bentuknya beragam,
bisa berupa siksaan fisik, neraka, atau rantai belenggu. Semuanya adalah akibat
keberadaan hijab yang menghalangimu dari-Nya sehingga Dia tak tampak di
hadapanmu. Jika kau menyaksikan-Nya, yang kau rasa bukan lagi azab sebenarnya,
melainkan kenikmatan. Azab terasa akibat adanya hijab dan kesempurnaan nikmat
terasa dengan melihat wajah-Nya Yang Mulia atau menyaksikan-Nya dengan mata
batin di akhirat.
Kesimpulannya, kenikmatan sejati hanya dapat kita
rasakan saat melihat Tuhan. Sementara itu, penderitaan yang sesungguhnya,
terjadi ketika kita terhalang dari-Nya. Adapun sesuatu yang secara lahir
dinikmati seseorang atau menjadi azab baginya, sesungguhnya itu bukanlah
kenikmatan jika ia tidak melihat-Nya, bukan azab hakiki jika ia melihat-Nya.
(Ulasan oleh Syekh Abdullah asy-Syarqawi al-Khalwati)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar