Kamis, 19 November 2015

Alhikam 68 (Buku Kedua)

“Walaupun bentuknya beragam, nikmat terwujud lantaran penyaksian dan kedekatan dengan Allah. Sebaliknya, meski bentuknya beragam, siksa terwujud lantaran keberadaan hijab-Nya. Jadi, sebab siksa adalah keberadaan hijab dan sebab kesempurnaan nikmat adalah dengan memandang wajah-Nya yang mulia. ”
--Ibnu Atha’illah al-Iskandari--

Walaupun nikmat dunia dan akhirat bermacam-macam bentuknya, entah berupa pakaian, makanan, bidadari, ataupun surga, kenikmatan saat menikmati semua itu terwujud lantara kita menyaksikan Allah dan merasakan kedekatan-Nya. Maksudnya, semua kenikmatan itu akan menjadi nikmat yang sesungguhnya apabila saat mendapatkannya, kau tetap merasa menyaksikan Allah dan hadir bersama-Nya.
Jika tidak, semuanya bukanlah kenikmatan hakiki, melainkan derita dan azab karena derita dan azab, walaupun bentuknya beragam, bisa berupa siksaan fisik, neraka, atau rantai belenggu. Semuanya adalah akibat keberadaan hijab yang menghalangimu dari-Nya sehingga Dia tak tampak di hadapanmu. Jika kau menyaksikan-Nya, yang kau rasa bukan lagi azab sebenarnya, melainkan kenikmatan. Azab terasa akibat adanya hijab dan kesempurnaan nikmat terasa dengan melihat wajah-Nya Yang Mulia atau menyaksikan-Nya dengan mata batin di akhirat.
Kesimpulannya, kenikmatan sejati hanya dapat kita rasakan saat melihat Tuhan. Sementara itu, penderitaan yang sesungguhnya, terjadi ketika kita terhalang dari-Nya. Adapun sesuatu yang secara lahir dinikmati seseorang atau menjadi azab baginya, sesungguhnya itu bukanlah kenikmatan jika ia tidak melihat-Nya, bukan azab hakiki jika ia melihat-Nya.


(Ulasan oleh Syekh Abdullah asy-Syarqawi al-Khalwati)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar