Rabu, 25 November 2015

Alhikam 83 (Buku Kedua)

“Siapa yang merasa dirinya tawadhu’, berarti ia sombong karena tawadhu’ tidak muncul dari orang yang merasa mulia. Maka dari itu, ketika kau merasa mulia, berarti kau telah sombong.”
--Ibnu Atha’illah al-Iskandari--

Siapa yang merasa dirinya rendah hati (tawadhu’), berarti ia sombong karena pengakuan diri sebagai orang yang tawadhu’ itu bersumber dari perasaan ketinggian kedudukan yang sebenarnya layak ia dapatkan, namun ia rendahkan.
Ketika kau merasa tinggi dan mulia seraya merasa ber-tawadhu’, berarti kau benar-banar telah sombong. Sifat sombong ini tidak akan sirna darimu, kecuali dengan adanya perasaan ketidakberartian, misalnya dengan melihat kedudukan itu sebagai sesuatu yang tidak ada nilainya sama sekali.


(Ulasan oleh Syekh Abdullah asy-Syarqawi al-Khalwati)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar