Rabu, 25 November 2015

Alhikam 90 (Buku Kedua)

“Allah menjadikanmu berada di alam pertengahan antara alam materi dan malakut-Nya guna memperkenalkan tingginya kedudukanmu di antara makhluk. Kau adalah mutiara yang tersembunyi dalam kulit ciptaan-Nya.”
--Ibnu Atha’illah al-Iskandari--

Wahai manusia, Allah menjadikanmu di alam pertengahan antara kerajaan-Nya (materi) dengan malakut-Nya (kerajaan gaib-Nya). Alam materi adalah alam nyata dan alam malakut adalah alam gaib. Manusia tidak murni dari alam nyata, tidak pula murni dari alam gaib. Akan tetapi, ia berada di pertengahan antara keduanya, baik secara indrawi maupun secara maknawi.
Secara indrawi, Allah menciptakannya di antara langit dan bumu. Dia menciptakan makhluk lain, seperti binatang dan tumbuhan, tak lain untuk diambil manfaatnya oleh manusia. Adapun secara maknawi, Allah menciptakannya dalam bentuknya yang sempurna dan menjadikannya sebagai sosok yang mengandung seluruh rahasia benda-benda yang berwujud, di atas maupun di bawahnya, yang lembut maupun yang kerasnya. Dengan begitu, manusia terdiri dari ruh dan jasad, langit dan bumi. Oleh sebab itu, manusia sering disebut dengan alam terkecil.
Sering pula manusia dikatakan sebagai miniature dari seluruh alam semesta karena di dalamnya terdapat sifat-sifat malaikat, seperti akal, makrifat, dan ibadah; menyimpan sifat-sifat setan, seperti suka menggoda, memberontak, dan melampaui batas; memiliki sifat-sifa hewan, seperti amarah, dan nafsu syahwat, tamak dan ganas, serta penuh tipuan. Saat marah, manusia menjadi seperti singa. Saat dikuasai nafsu, ia menjadi seperti babi yang tidak peduli di mana ia berkubang. Saat tamak dan ganas, ia menjadi seperti anjing. Saat menipu, ia menjadi seperti serigala.
Pada diri manusia juga tersimpan sifat tumbuhan dan pepohonan. Pada awalnya, manusia umpama dahan yang lembut, kemudian tumbuh hingga akhirnya menjadi keras dan berwarna hitam. Manusia juga menyimpan sifat langit, yaitu tempat menyimpan segala rahasia dan cahaya serta tempat berkumpulnya para malaikat. Ia mengandung sifat bumi, yaitu bahwa ia tempat tumbuhnya akhlak dan tabiat, yang lebut maupun yang keras. Ia juga menyimpan sifat ‘arsy, yaitu bahwa qalbunya menjadi tempat penampakan Ilahi. Selain itu, ia memiliki sifat lauh, yaitu menjadi tempat disimpannya ilmu; sifat qalam, yaitu bahwa ia mampu mengatur ilmu itu. Manusia juga menyimpan sifat surga, yaitu jika akhlaknya baik, semua temannya akan merasa nikmat dan nyaman saat bersamanya. Ia juga menyimpan sifat neraka, yaitu jika akhlaknya buruk, semua temannya akan ikut terbakar.
Allah menjadikanmu seperti itu untuk memperkenalkan tingginya kedudukanmu di tengah para makhluk-Nya. Semua makhluk itu diciptakan untukmu agar kaumanfaatkan dengan baik. Oleh karena itu, kau harus meninggikan tekadmu dari semua itu dan kau hanya sibuk dengan Tuhanmu.
Abu al-Abbas berkata, “Alam semesta (benda) semuanya adalah hamba yang diciptakan untukmu dan kau adalah hamba Allah.” ini adalah makna pertengahan indrawi, seperti yang disebutkan.
Adapun makna maknawi, Ibnu Atha’illah mengisyaratkannya dengan ucapannya, “Kau adalah mutiara yang tersembunyi dalam kulit ciptaan-Nya.” Bahasa lainnya adalah tersimpan dalam kerang ciptaan-Nya karena sifat-sifat semuanya ada di dalam dirimu. Allah tidak menciptakan makhluk dengan sifat seperti ini, kecuali sifat manusia.
Oleh sebab itu, Allah menciptakannya sesuai dengan sifat-sifat-Nya dan menjadikannya khalifah yang melaksanakan semua perintah dan menjauhi larangan-Nya. Allah memberinya dua arah: satu arah menuju Allah dan satu arah menuju makhluk. Adapun malaikat dan makhluk lainnya yang tercipta dari ruh, mereka tidak memiliki kecuali satu arah saja, yaitu menuju Allah.
Semua sifat berlaku pada setiap manusia. Namun, sifat-sifat tersebut tidak akan tampak pada dirinya, kecuali setelah ia melakukan olah batin dan mujahadah. Setelah itu, ia akan disebut insan kamil (manusia sempurna). Inilah rahasia-rahasia yang tidak diketahui, kecuali dengan dzauq (perasaan) dan tidak terdengar oleh selain pemiliknya.


(Ulasan oleh Syekh Abdullah asy-Syarqawi al-Khalwati)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar