“Allah menjadikanmu berada di alam
pertengahan antara alam materi dan malakut-Nya guna memperkenalkan tingginya
kedudukanmu di antara makhluk. Kau adalah mutiara yang tersembunyi dalam kulit
ciptaan-Nya.”
--Ibnu
Atha’illah al-Iskandari--
Wahai manusia, Allah menjadikanmu di alam pertengahan
antara kerajaan-Nya (materi) dengan malakut-Nya
(kerajaan gaib-Nya). Alam materi adalah alam nyata dan alam malakut adalah alam gaib. Manusia tidak
murni dari alam nyata, tidak pula murni dari alam gaib. Akan tetapi, ia berada
di pertengahan antara keduanya, baik secara indrawi maupun secara maknawi.
Secara indrawi, Allah menciptakannya di antara langit
dan bumu. Dia menciptakan makhluk lain, seperti binatang dan tumbuhan, tak lain
untuk diambil manfaatnya oleh manusia. Adapun secara maknawi, Allah
menciptakannya dalam bentuknya yang sempurna dan menjadikannya sebagai sosok
yang mengandung seluruh rahasia benda-benda yang berwujud, di atas maupun di
bawahnya, yang lembut maupun yang kerasnya. Dengan begitu, manusia terdiri dari
ruh dan jasad, langit dan bumi. Oleh sebab itu, manusia sering disebut dengan
alam terkecil.
Sering pula manusia dikatakan sebagai miniature dari
seluruh alam semesta karena di dalamnya terdapat sifat-sifat malaikat, seperti
akal, makrifat, dan ibadah; menyimpan sifat-sifat setan, seperti suka menggoda,
memberontak, dan melampaui batas; memiliki sifat-sifa hewan, seperti amarah,
dan nafsu syahwat, tamak dan ganas, serta penuh tipuan. Saat marah, manusia
menjadi seperti singa. Saat dikuasai nafsu, ia menjadi seperti babi yang tidak
peduli di mana ia berkubang. Saat tamak dan ganas, ia menjadi seperti anjing.
Saat menipu, ia menjadi seperti serigala.
Pada diri manusia juga tersimpan sifat tumbuhan dan
pepohonan. Pada awalnya, manusia umpama dahan yang lembut, kemudian tumbuh
hingga akhirnya menjadi keras dan berwarna hitam. Manusia juga menyimpan sifat
langit, yaitu tempat menyimpan segala rahasia dan cahaya serta tempat
berkumpulnya para malaikat. Ia mengandung sifat bumi, yaitu bahwa ia tempat
tumbuhnya akhlak dan tabiat, yang lebut maupun yang keras. Ia juga menyimpan
sifat ‘arsy, yaitu bahwa qalbunya
menjadi tempat penampakan Ilahi. Selain itu, ia memiliki sifat lauh, yaitu menjadi tempat disimpannya
ilmu; sifat qalam, yaitu bahwa ia
mampu mengatur ilmu itu. Manusia juga menyimpan sifat surga, yaitu jika
akhlaknya baik, semua temannya akan merasa nikmat dan nyaman saat bersamanya.
Ia juga menyimpan sifat neraka, yaitu jika akhlaknya buruk, semua temannya akan
ikut terbakar.
Allah menjadikanmu seperti itu untuk memperkenalkan
tingginya kedudukanmu di tengah para makhluk-Nya. Semua makhluk itu diciptakan
untukmu agar kaumanfaatkan dengan baik. Oleh karena itu, kau harus meninggikan
tekadmu dari semua itu dan kau hanya sibuk dengan Tuhanmu.
Abu al-Abbas berkata, “Alam semesta (benda) semuanya
adalah hamba yang diciptakan untukmu dan kau adalah hamba Allah.” ini adalah
makna pertengahan indrawi, seperti yang disebutkan.
Adapun makna maknawi, Ibnu Atha’illah
mengisyaratkannya dengan ucapannya, “Kau adalah mutiara yang tersembunyi dalam
kulit ciptaan-Nya.” Bahasa lainnya adalah tersimpan dalam kerang ciptaan-Nya
karena sifat-sifat semuanya ada di dalam dirimu. Allah tidak menciptakan
makhluk dengan sifat seperti ini, kecuali sifat manusia.
Oleh sebab itu, Allah menciptakannya sesuai dengan
sifat-sifat-Nya dan menjadikannya khalifah yang melaksanakan semua perintah dan
menjauhi larangan-Nya. Allah memberinya dua arah: satu arah menuju Allah dan
satu arah menuju makhluk. Adapun malaikat dan makhluk lainnya yang tercipta
dari ruh, mereka tidak memiliki kecuali satu arah saja, yaitu menuju Allah.
Semua sifat berlaku pada setiap manusia. Namun,
sifat-sifat tersebut tidak akan tampak pada dirinya, kecuali setelah ia
melakukan olah batin dan mujahadah.
Setelah itu, ia akan disebut insan kamil
(manusia sempurna). Inilah rahasia-rahasia yang tidak diketahui, kecuali dengan
dzauq (perasaan) dan tidak terdengar
oleh selain pemiliknya.
(Ulasan oleh Syekh Abdullah asy-Syarqawi al-Khalwati)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar