Kamis, 19 November 2015

Alhikam 67 (Buku Kedua)

“Keinginanmu terhadap kekalnya sesuatu selain Allah menjadi bukti bahwa kau belum bertemu dengan-Nya. Kerisauanmu lantaran kehilangan sesuatu selain Allah menjadi bukti bahwa kau belum sampai kepada-Nya.”
--Ibnu Atha’illah al-Iskandari--

Keinginanmu terhadap kekalnya sesuatu selain Allah, seperti kekalnya warid yang berupa karunia Ilahi dalam bentuk cahaya, maqam, dan kenikmatan lahir dan batin, adalah bukti bahwa kau ada bukan untuk-Nya dan kau belum menemukan-Nya. Jika kau menemukan Allah di hatimu dan seluruh batinmu berkumpul untuk-Nya, kau tidak akan menginginkan kekekalan segala sesuatu selain-Nya.
Kerisauanmu lantaran kehilangan sesuatu selain-Nya, seperti karunia-karunia di atas, adalah bukti bahwa kau belum terhubung dengan-Nya dan belum sampai kepada-Nya. Jika kau telah sampai kepada-Nya, niscaya kau akan melupakan segala sesuatu selain-Nya dan tidak risau saat kehilangan sesuatu selain-Nya.
Jika hati seorang salik telah mendapatkan warid, lalu ia mengaku telah sampai kepada Allah, namun masih mencari dan menghendaki suatu benda yang dicintai atau resah karena kehilangannya, itu adalah bukti bahwa ia belum mendapatkan maqam mulia seperti itu.
Al-Junaid berkata, “Kau tidak akan menjadi hamba Allah yang sejati sebelum kau memerdekakan diri dari segala sesuatu selain-Nya. Kau pun tidak akan mendapatkan kemerdekaan sejati sebelum kau menjadi hamba-Nya.”


(Ulasan oleh Syekh Abdullah asy-Syarqawi al-Khalwati)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar