“Keinginanmu terhadap kekalnya
sesuatu selain Allah menjadi bukti bahwa kau belum bertemu dengan-Nya.
Kerisauanmu lantaran kehilangan sesuatu selain Allah menjadi bukti bahwa kau
belum sampai kepada-Nya.”
--Ibnu
Atha’illah al-Iskandari--
Keinginanmu terhadap kekalnya sesuatu selain Allah,
seperti kekalnya warid yang berupa
karunia Ilahi dalam bentuk cahaya, maqam,
dan kenikmatan lahir dan batin, adalah bukti bahwa kau ada bukan untuk-Nya dan
kau belum menemukan-Nya. Jika kau menemukan Allah di hatimu dan seluruh batinmu
berkumpul untuk-Nya, kau tidak akan menginginkan kekekalan segala sesuatu
selain-Nya.
Kerisauanmu lantaran kehilangan sesuatu selain-Nya,
seperti karunia-karunia di atas, adalah bukti bahwa kau belum terhubung
dengan-Nya dan belum sampai kepada-Nya. Jika kau telah sampai kepada-Nya,
niscaya kau akan melupakan segala sesuatu selain-Nya dan tidak risau saat
kehilangan sesuatu selain-Nya.
Jika hati seorang salik
telah mendapatkan warid, lalu ia
mengaku telah sampai kepada Allah, namun masih mencari dan menghendaki suatu
benda yang dicintai atau resah karena kehilangannya, itu adalah bukti bahwa ia
belum mendapatkan maqam mulia seperti
itu.
Al-Junaid berkata, “Kau tidak akan menjadi hamba Allah
yang sejati sebelum kau memerdekakan diri dari segala sesuatu selain-Nya. Kau
pun tidak akan mendapatkan kemerdekaan sejati sebelum kau menjadi hamba-Nya.”
(Ulasan oleh Syekh Abdullah asy-Syarqawi al-Khalwati)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar