“Jika ada dua hal yang tidak jelas
bagimu, lihatlah mana di antara keduanya yang paling berat bagi nafsu, lalu
ikutilah ia karena tidaklah terasa berat bagi nafsu, kecuali sesuatu yang
benar.”
--Ibnu
Atha’illah al-Iskandari--
Wahai murid,
jika ada dua perkara yang tidak jelas bagimu, seperti dua kewajiban atau dua
hal yang sunah, dank au tidak mengetahui mana yang paling utama dilakukan,
lihatlah mana di antara dua kewajiban itu yang paling berat bagi nafsu dan
dirimu, lalu ikutilah ia dan laksanakan. Contohnya, mencari ilmu yang wajib
atau mencari rezeki untuk keluarga, mencari ilmu yang melebihi kewajiban atau
melakukan ibadah-ibadah sunah. Lihat mana di antara dua perkara itu yang lebih
berat bagi nafsumu karena tak ada yang berat bagi nafsu, kecuali sesuatu yang
benar.
Nafsu selalu terdorong untuk berbuat kebodohan.
Keinginannya selalu mencari keuntungan dan lari dari kewajiban. Jika seorang murid merasa ringan dalam sebuah amal
dan merasa berat dalam amal lainnya, lalu ia mengerjakan yang lebih ringan,
namun hatinya tidak tenang, itu termasuk ke dalam kemunafikan hati. Akan
tetapi, jika hatinya tenang, ia boleh mengerjakan yang ringan bagi nafsunya dan
yang disukainya. Namun, ketika itu ia
harus melihat, mana yang lebih besar faedahnya dan yang lebih banyak
memperbaiki ahwal-nya. Itulah yang
harus diutamakannya dari yang lainnya.
Ada lagi patokan lain untuk memilah, mana perkara yang
lebih utama dari yang lainnya jika keduanya tidak jelas bagimu, yaitu kau harus
memperkirakan kapan datangnya maut kepadamu. Amal yang membuatmu bahagia saat
kau kerjakan, berarti ia benar dan selainnya batil karena menjelang ajal,
seorang hamba biasanya tidak akan mengerjakan kecuali amal saleh yang bebas
dari sifat-sifat riya’ dan dorongan
hawa nafsu.
Apabila kau bingung antara harus menuntut ilmu atau
mengikuti jalan ahli tarekat, lihatlah mana di antara keduanya yang kau sukai
saat ruhmu keluar dari jasadmu, kemudian lakukan hal itu. Jika kau ingin saat
ruhmu dicabut malaikat dan di tanganmu ada buku tulis karena kau ikhlas dalam
menuntut ilmu dan hanya mengharap ridha Allah swt, tuntutlah ilmu. Akan tetapi,
seandainya kau tidak menyukai itu dan hanya ingin sibuk berzikir kepada Allah,
maka sibukkan dirimu dengan berzikir atau ibadah lainnya. Jika kau terpaksa
melakukan hal yang tak kau sukai, tentu kau tidak akan ikhlas di dalamnya.
(Ulasan oleh Syekh Abdullah asy-Syarqawi al-Khalwati)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar