Jumat, 28 Agustus 2015

Al-Hikam 110

“Jangan menuntut Tuhan lantaran permintaanmu terlambat dikabulkan. Namun, tuntutlah dirimu lantaran terlambat melaksanakan kewajiban.”
--Ibnu Atha’illah al-Iskandari--

Jangan protes kepada Tuhan dan berburuk sangka kepada-Nya jika permintaanmu terlambat dipenuhi-Nya, baik yang batin, seperti keistimewaan tertentu, maupun yang lahir, seperti kebutuhan duniawimu.
Jika kau meminta sesuatu dari-Nya dan jawabannya tidak diberi langsung, jangan kau berburuk sangka kepada-Nya dan jangan memaksa-Nya untuk menunaikan permintaanmu itu karena Dia melakukan apa saja yang dikehendaki-Nya tanpa dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dilakukan-Nya. Jika permintaanmu ditunda, tuntutlah dirimu atas keterlambatan pengabulan do’amu itu karena kau telah meminta agar disegerakan jawaban do’amu. Tentu ini merupakan sikap yang tidak sopan dan kurang ajar terhadap Tuhan.
Tuntutanmu agar Tuhan segera mengabulkan do’amu merupakan bukti bahwa kau berdo’a hanya untuk dikabulkan. Do’amu hanya  memiliki tendensi tertentu. Inilah yang mengurangi kesempurnaan ‘ubudiyah-mu. Demikian pula halnya dengan keyakinanmu bahwa Dia tidak akan mengabulkan do’amu. Ini adalah sikap yang tidak sopan karena belum tentu pengabulan do’a itu berupa sesuatu yang kau inginkan langsung. Allah berhak menahannya darimu karena bisa jadi tindakan itu lebih baik bagimu.
Ibnu Atha’illah mengisyaratkan sebuah etika. Jika dipegang oleh seorang hamba, ia akan mendapatkan tujuan dan maksudnya, yaitu sikap istikamah dan berjalan pada jalan yang lurus, seperti dalam firman Allah, “Tunjukilah kami jalan yang lurus.” (QS. al-Fatihah [1]: 6)


(Ulasan oleh Syekh Abdullah asy-Syarqawi al-Khalwati)

1 komentar:

  1. Bismillahirrohmaanirrohiim mohon share ..jzkk atas perkongsian ilmu dan moga diterima sebagai amal soleh In Syaa Allah Aamiin Allahumma Aamiin

    BalasHapus