“Jangan menuntut Tuhan lantaran
permintaanmu terlambat dikabulkan. Namun, tuntutlah dirimu lantaran terlambat
melaksanakan kewajiban.”
--Ibnu
Atha’illah al-Iskandari--
Jangan protes kepada Tuhan dan berburuk sangka
kepada-Nya jika permintaanmu terlambat dipenuhi-Nya, baik yang batin, seperti
keistimewaan tertentu, maupun yang lahir, seperti kebutuhan duniawimu.
Jika kau meminta sesuatu dari-Nya dan jawabannya tidak
diberi langsung, jangan kau berburuk sangka kepada-Nya dan jangan memaksa-Nya
untuk menunaikan permintaanmu itu karena Dia melakukan apa saja yang
dikehendaki-Nya tanpa dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dilakukan-Nya.
Jika permintaanmu ditunda, tuntutlah dirimu atas keterlambatan pengabulan
do’amu itu karena kau telah meminta agar disegerakan jawaban do’amu. Tentu ini
merupakan sikap yang tidak sopan dan kurang ajar terhadap Tuhan.
Tuntutanmu agar Tuhan segera mengabulkan do’amu
merupakan bukti bahwa kau berdo’a hanya untuk dikabulkan. Do’amu hanya memiliki tendensi tertentu. Inilah yang
mengurangi kesempurnaan ‘ubudiyah-mu.
Demikian pula halnya dengan keyakinanmu bahwa Dia tidak akan mengabulkan
do’amu. Ini adalah sikap yang tidak sopan karena belum tentu pengabulan do’a
itu berupa sesuatu yang kau inginkan langsung. Allah berhak menahannya darimu
karena bisa jadi tindakan itu lebih baik bagimu.
Ibnu Atha’illah mengisyaratkan sebuah etika. Jika
dipegang oleh seorang hamba, ia akan mendapatkan tujuan dan maksudnya, yaitu
sikap istikamah dan berjalan pada jalan yang lurus, seperti dalam firman Allah,
“Tunjukilah kami jalan yang lurus.”
(QS. al-Fatihah [1]: 6)
(Ulasan oleh Syekh Abdullah asy-Syarqawi al-Khalwati)
Bismillahirrohmaanirrohiim mohon share ..jzkk atas perkongsian ilmu dan moga diterima sebagai amal soleh In Syaa Allah Aamiin Allahumma Aamiin
BalasHapus