Selasa, 18 Agustus 2015

Al-Hikam 101

“Sebaik-baik waktumu adalah ketika kau menyadari betapa tergantungnya dirimu kepada Allah dan betapa hinanya dirimu.”
--Ibnu Atha’illah al-Iskandari--

Ini dianggap waktu terbaik karena pada waktu ini kau merasa hadir dengan Tuhanmu. Kaupalingkan pandanganmu dari segala media, sarana, dan sebab-sebab yang membuatmu semakin jauh dari-Nya. Lain halnya ketika kau merasa kaya dan mulia, maka itu adalah waktu terburuk bagimu.
Dikisahkan dari ‘Atha as-Silmi bahwa ia, selama tujuh hari tidak mencicipi sedikitpun makanan dan tidak bisa melakukan apa-apa. Namun, hatinya bahagi mengalami hal itu. Ia berkata, “Tuhanku, sekiranya Engkau tidak memberiku makan tiga hari lagi ke depan, aku akan shalat menyembah-Mu sebanyak seribu rakaat.”
Diceritakan pula bahwa suatu malam, Fatah al-Mushil pulang ke rumahnya. Ia tidak mendapati hidangan makan malam, lampu penerang, dan tidak pula kayu bakar. Ia tetap memuji Allah dengan mengucap Alhamdulillah seraya beribadah kepada-Nya. Ia berdo’a, “Tuhanku, dengan sebab dan washilah (perantara) apalagi agar Engkau memperlakukanku seperti memperlakukan para wali-Mu?”
Demikian pula yang terjadi pada Fudhail bin Iyyadh. Ia berkata, “Dengan amal apa lagi supaya aku layak mendapatkan hal ini dari-Mu agar aku terus mengalaminya?”
Banyak kejadian serupa yang terjadi pada  orang-orang yang dekat dengan Allah. Oleh sebab itu, Ibnu Atha’illah berkata, “Kebutuhan adalah hari raya para murid.”


(Ulasan oleh Syekh Abdullah asy-Syarqawi al-Khalwati)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar