Sabtu, 08 Agustus 2015

Al-Hikam 92

“Cukuplah sebagai balasan bagi orang-orang yang beramal, apa yang membuat hati mereka terbuka pada ketaatan dan apa yang membuat hati mereka puas karena dekat dengan-Nya.”
--Ibnu Atha’illah al-Iskandari--

Saat mereka taat kepada Allah, Dia memberi mereka pemberian-pemberian Ilahi, ilham laduni, dan manisnya duduk di hadapan sang Raja Diraja.
Seseorang berkata, “Di dunia ini tidak ada waktu yang senikmat kenikmatan ahli surga, kecuali manisnya waktu bermunajat yang didapat ahli tamalluq (yang biasa duduk manja di hadapan Tuhannya) di malam hari.”
Rasa manis dan nikmat munajat inilah yang disebut oleh para ahli tarekat sebagai ahwal (keadaan batin), mawajid (emosi), dan adzwaq (perasaan). Kesenangan dan rasa manis itu terjadi setelah sebuah amal rampung.
Orang-orang mengatakan, tiada kesenangan paling tinggi selain rasa bahagia hati karena melihat indahnya kekasih. Ini adalah kondisi yang membuat seseorang yang sedang jatuh cinta semakin segar dan semangat, membuat waktunya semakin jernih, dan di dalamnya ia takut petaka kehinaan.


(Ulasan oleh Syekh Abdullah asy-Syarqawi al-Khalwati)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar