“Cukuplah sebagai balasan bagi
orang-orang yang beramal, apa yang membuat hati mereka terbuka pada ketaatan
dan apa yang membuat hati mereka puas karena dekat dengan-Nya.”
--Ibnu
Atha’illah al-Iskandari--
Saat mereka taat kepada Allah, Dia memberi mereka
pemberian-pemberian Ilahi, ilham laduni, dan manisnya duduk di hadapan sang
Raja Diraja.
Seseorang berkata, “Di dunia ini tidak ada waktu yang
senikmat kenikmatan ahli surga, kecuali manisnya waktu bermunajat yang didapat
ahli tamalluq (yang biasa duduk manja
di hadapan Tuhannya) di malam hari.”
Rasa manis dan nikmat munajat inilah yang disebut oleh
para ahli tarekat sebagai ahwal
(keadaan batin), mawajid (emosi), dan
adzwaq (perasaan). Kesenangan dan
rasa manis itu terjadi setelah sebuah amal rampung.
Orang-orang mengatakan, tiada kesenangan paling tinggi
selain rasa bahagia hati karena melihat indahnya kekasih. Ini adalah kondisi
yang membuat seseorang yang sedang jatuh cinta semakin segar dan semangat,
membuat waktunya semakin jernih, dan di dalamnya ia takut petaka kehinaan.
(Ulasan oleh Syekh Abdullah asy-Syarqawi al-Khalwati)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar