Jumat, 28 Agustus 2015

Al-Hikam 109

“Mahasuci Dzat yang menyembunyikan keistimewaan (seorang wali) dengan menampakkan sifat-sifat kemanusiaan(nya), dan memperlihatkan keagungan rububiyah-Nya di dalam kehambaan (makhluk-Nya).”
--Ibnu Atha’illah al-Iskandari--

Diantara keistimewaan yang dimaksud dalam hikmah di atas adalah ilmu pengetahuan dan rahasia-rahasia Ilahi yang diberikan dan dilimpahkan Allah ke dalam hati para wali-Nya.
“Sifat-sifat kemanusiaanya” ialah hal-hal duniawi yang biasa dialamai dan dihadapi manusia secara umum. Terkadang, sebagian wali berprofesi sebagai pengemudi keledai tunggangan atau penenun. Bisa jadi tak ada seorang pun yang mengetahui bahwa ia adalah seorang wali karena keistimewaan mereka tertutup profesi yang digeluti atau tersamar-samar oleh sikap-sikap mereka yang tidak berbeda dengan kebanyakan manusia lainnya, seperti bertengkar atau beradu mulut dengan orang.
Namun, terkadang pula, Allah menampakkan tanda-tanda keistimewaan itu pada sebagian manusia, seperti pada para dai. Allah menampakkannya pada para dai agar dengan peran mereka seluruh manusia menjadi baik dan sempurna.
Dan keagungan rububiyah-Nya terlihat ketika Dia memperlihatkan kehambaan makhluk. Artinya, keagungan rububiyah Allah akan tampak manakala Dia memperlihatkan tanda kehambaan seluruh makhluk. Yang dimaksud tanda kehambaan makhluk adalah kondisi-kondisi yang membuat seorang makhluk membutuhkan Tuhan, seperti penyakit dan kemiskinan. Seorang hamba, jika mengalami salah satu kondisi itu, ia akan berlindung kepada Tuhannya dan memohon agar diselamatkan dari kondisi itu.
Di sinilah rububiyah Allah akan ditampakkan-Nya kepada hamba-Nya itu. Allah ingin menegaskan bahwa hamba itu memiliki Tuhan yang Mahakuasa dan bisa menghilangkan kondisi yang dialaminya. Tanpa hal itu, Allah tidak akan mengenalkan  keagungan rububiyah-Nya. Tanpa hal itu juga, keagungan rububiyah Allah hanya akan terselubung dan tidak akan tampak ke permukaan.
Oleh sebab itu, asy-Syadzili berkata, “’Ubudiyah adalah isi. Ia akan ditampakkan oleh rububiyah.” Mahasuci Tuhan yang Mahalembut dan Maha Meliputi segala sesuatu.


(Ulasan oleh Syekh Abdullah asy-Syarqawi al-Khalwati)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar