Selasa, 18 Agustus 2015

Al-Hikam 104

“Seorang ‘arif selalu merasa butuh pada-Nya dan hanya merasa tenang jika bersama-Nya.”
--Ibnu Atha’illah al-Iskandari--

Keebutuhan seorang ‘arif selalu ada karena ia melihat kuasa Allah yang Maha Menyeluruh, mengenali dirinya sendiri dengan baik, dan menyadari kebutuhannya setiap saat. Lain halnya dengan orang yang tidak ‘arif, ia terkadang butuh, lalu berdo’a, terkadang pula berdo’a, namun tidak butuh. Hal itu dikarenakan kebutuhan orang-orang awam bergantung pada adanya dorongan sebab-sebab. Mereka terlalu didominasi oleh indra dalam penyaksiannya. Jika sebab-sebab itu hilang dari mereka, kebutuhan mereka pun akan sirna.
Sekiranya mereka melihat kuasa Allah yang menyeluruh, niscaya mereka mengetahui bahwa kebutuhan mereka kepada Allah bersifat abadi. Mereka tidak akan tenang dan hati mereka tidak akan bergantung kecuali kepada Allah semata, karena sesekali mereka merasa butuh kepada sesuatu, tetapi hati mereka menolak sesuatu itu. Ini menandakan bahwa “kebutuhan akan bantuan-Nya” dan “tergeraknya lisan untuk meminta kepada-Nya” merupakan sifat orang-orang ‘arif.


(Ulasan oleh Syekh Abdullah asy-Syarqawi al-Khalwati)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar