Selasa, 18 Agustus 2015

Al-Hikam 103

“Ketika lisanmu digerakkan untuk meminta, berarti Dia hendak memberimu.”
--Ibnu Atha’illah al-Iskandari--

Diam adalah sifat yang dituntut dari seorang hamba yang tak lagi membutuhkan perkara duniawi dan tidak lagi memerhatikan berbagai kebutuhannya.
Namun, Allah bisa saja melepas tuntutan diam itu darimu. Misalnya, dengan memberimu kemiskinan dan kebutuhan sehingga kaupun terdorong untuk berdo’a kepada-Nya. Maka di saat itulah lisanmu digerakkan untuk meminta kepada-Nya dengan lisan keterdesakan. Ini berarti juga bahwa keinginanmu akan terwujud, sebab janji Allah untuk mengabulkan do’a seseorang yang tedesak kebutuhan pasti akan ditepati-Nya. Allah tidak pernah melanggar janji-Nya.
Rasulullah saw. bersabda, “Siapa yang diberi kesempatan berdo’a maka pengabulannya tidak akan terhalang.” Pengabulan do’a itu bisa berupa sesuatu yang dimintanya, bisa pula selainnya; bisa langsung atau tidak langsung.
Seseorang berkata, “Pengabulan ini terjadi bila do’a itu bersumber dari ikhtiar dan niat baik. Adapun jika ia mengalir saja dari lisan tanpa disertai niat dan tujuan, pengabulannya yang berupa sesuatu yang diminta mungkin agak sedikit telat.”


(Ulasan oleh Syekh Abdullah asy-Syarqawi al-Khalwati)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar