Jumat, 28 Agustus 2015

Al-Hikam 107

“Siapa yang mengira kemahalembutan-Nya terlepas dari kemahakuasaan-Nya, berarti ia memiliki pandangan yang sempit.”
--Ibnu Atha’illah al-Iskandari--

Kemahakuasaan Allah terlihat saat Allah menimpakan petaka dan ujian kepadanya. Jika ia mengira bahwa kelembutan Allah itu terpisah dari kekerasan-Nya, hal itu menandakan pandangannya sempit. Sekiranya pandangannya sempurna, ia akan menyadari bahwa dalam petaka dan ujian itu ia banyak mendapat kelembutan Allah. misalnya, dengan ujian itu ia bisa mendekatkan diri kepada-Nya.
Ujian yang ditimpakan Allah kepada hamba-hamba-Nya pasti bertolak belakang dengan keinginan mereka dan membuat nafsu syahwat mereka meronta. Tentu setiap hal yang menggangu atau menyakiti nafsu pasti akan berbuah baik, bahkan sebelum hamba itu kembali kepada Allah dan mengetuk pintu-Nya. Ini adalah faedah terbesar dari ujian dan cobaan. Hamba yang mendapatkan ujian akan mendapati jiwanya lemah, kekuatannya terbatas, dan sifat-sifat yang telah mendorongnya melakukan dosa atau maksiat serta menguatkan keinginannya terhadap dunia adalah batil.
Dengan  ujian itu, biasanya seorang hamba akan meraih ketundukan hati, sabar, ridha, tawakkal, zuhud, dan ingin bertemu Allah. bagaimanapun, sebiji sawi amalan hati lebih baik daripada segunung amalan anggota tubuh. Dengan ujian itu pula, ia akan mendaptkan penghapusan dosa dan kesalahan serta  meraih kelembuutan Ilahi lainnya.


(Ulasan oleh Syekh Abdullah asy-Syarqawi al-Khalwati)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar