“Janji yang tak dipenuhi Tuhanmu
pada waktunya jangan sampai membuatmu ragu. Agar keraguan itu tidak menjadi
perusak pandanganmu dan pemadam cahaya qalbumu”
--Ibnu
Atha’illah al-Iskandari--
Jika Allah menjanjikanmu melalui
mimpi, ilham, atau melalui perantara malaikat-Nya bahwa pada masa tertentu
kelak kau akan mendapatkan kemenangan atau kesejahteraan, lalu janji itu tak
terwujud pada waktunya, hal itu jangan sampai membuatmu ragu akan kebenaran
janji-Nya. Bisa jadi pemenuhan janji itu bergantung pada beberapa sebab dan
syarat, dan hanya Allah yang tahu hikmah dibalik itu.
Contohnya,
yang terjadi pada beberapa wali Allah, yang dijanjikan bahwa kelak, ditahun
sekian, mereka akan meraih kemuliaan. Namun kemudian, pada tahun yang
dijanjikan itu, orang-orang justru banyak menghina dan menjatuhkan
kehormatannya. Begitu juga yang terjadi pada Rasulullah saw di tahun perjanjian
Hudaibiyah. Saat itu rasulullah saw dijanjikan Allah mendapat kemenangan. Namun
ternyata, kemenangan tersebut tidak terjadi pada tahun itu, tetapi ditahun
sesudahnya.
Jika
seorang murid mendapat janji dari
Tuhan Yang Maha Rahmat, tetapi janji itu belum terwujud, ia tidak boleh
meragukan janji tersebut. Ia harus tahu diri dan tetap bersikap sopan terhadap
Tuhan-Nya serta tetap tenang menanti janji itu. Ia tidak patut sangsi dan goyah
keyakinan menghadapinya. Barang siapa yang melakukan hal itu, berarti ia telah
mengenal Tuhan-Nya (‘arif),
berpandangan sehat, dan berhati terang. Jika tidak, berarti sebaliknya, ia
tidak mengenal Tuhan-Nya, memiliki pandangan yang rusak, dan berhati gelap.
(Ulasan oleh Syekh Abdullah asy-Syarqawi al-Khalwati)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar