Rabu, 21 Januari 2015

Al-Hikam 8

“Jika Tuhan membukakan untukmu pintu makrifat, jangan kau pertanyakan amalmu yang sedikit. Karena Dia tidak akan membukakan pintu makrifat, kecuali karena ingin memperkenalkan Diri-Nya kepadamu. Tahukah kau bahwa makrifat merupakan anugerah-Nya untukmu, sedangkan amalmu adalah persembahan untuk-Nya. Tentu, persembahanmu takkan sebanding dengan anugerah-Nya”
--Ibnu Atha’illah al-Iskandari--

            Dalam perjalanan menuju Tuhannya,  seorang salik harus memperbanyak amal untuk menekan dorongan-dorongan nafsu syahwat sehingga ia bisa sampai kepada Allah. Di sisi lain, seorang salik dituntut juga untuk ber-mujahadah dalam waktu lama. Namun demikian, tidak menutup kemungkinan di sela-sela itu ia merasa malas melakukan sebagian ibadah dan wirid yang diharuskan. Sehingga iapun diterpa kegalauan dan frustasi, bahkan mungkin pula tergerak untuk meninggalkan semuanya. Padahal, disaat yang sama ia telah sampai pada satu tahapan makrifatullah.
            Oleh karena itu, Ibnu Atha’illah menasihatinya bahwa jika Allah membukakan untuknya satu dari sekian pintu makrifat, seperti merasakan kehadiran dan pengawasan Allah atau menyadari bahwa pelaku ibadah sesungguhnya adalah Allah dan menyadari dirinya hanyalah objek penampakan perbuatan-Nya, maka saat itu ia tidak perlu lagi merasa heran dan bertanya-tanya mengapa itu bisa terjadi sementara amal yang dilakukannya baru sedikit? Karena tujuan dari semua amal ibadah adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah. Dibukakannya pintu makrifat adalah bukti bahwa Allah mengasihi dan menyayanginya. Bisa jadi, seseorang sedikit melakukan amal karena memang ia sedang sakit. Jika orang ini mendapatkan makrifat, misalnya dengan mengetahui bahwa sakit baginya lebih baik ketimbang sehat dan bahwa Allah Maha melakukan apa yang dikehendaki-Nya, saat itu ia tidak perlu lagi mempertanyakan sedikit amalnya.
            Allah membukakan untukmu pintu makrifat karena Dia ingin memperkenalkan Diri-Nya kepadamu, memberimu karunianya, mendekatimu, dan menampakkan sifat-sifat dan asma’-Nya untukmu. Tentu saja makrifat adalah karunia yang lebih besar dan agung untukmu dibandingkan amal lahirmu untuk-Nya.
            Kesimpulannya, amal ibadah yang sedikit namun diiringi makrifat lebih baik dari pada amal ibadah yang banyak tanpa makrifat. Jika seorang salik mendapat makrifat, ia harus segera menghadapkan hatinya kepada Tuhannya agar karunia makrifat dari Tuhannya itu ditambah. Ia juga harus lebih memedulikan makrifat tersebut ketimbang amal-amal lahir yang dilakukannya. Oleh sebab itu, amalan lahir para ‘arif yang dilakukan di akhir usia mereka cenderung menurun. Mereka selalu merindukan masa-masa dahulu ketika mereka mendapat banyak cahaya karena banyaknya amal yang mereka lakukan.

(Ulasan oleh Syekh Abdullah asy-Syarqawi al-Khalwati)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar