“Jangan kau temani orang yang
keadaannya tidak membuatmu bersemangat dan ucapannya tidak membimbingmu ke
jalan Allah”
--Ibnu
Atha’illah al-Iskandari--
Seorang murid dilarang berteman dengan orang semacam itu sekalipun orang
itu adalah ahli ibadah atau ahli zuhud karena dianggap tidak ada gunanya.
Sebaliknya, kau disarankan berteman berteman dengan orang yang membuatmu
bersemangat dan ucapannya membimbingmu ke jalan Allah.
Misalnya, orang yang tekadnya tinggi
senantiasa bergantung kepada Allah, jauh dari makhluk, atau dalam setiap
kebutuhannya tidak bertumpu kecuali kepada Allah dan dalam setiap perkara tidak
bertawakkal kepada selain-Nya sehingga di matanya seluruh manusia itu tak
berarti apa-apa, tidak bisa mendatangkan bahaya ataupun manfaat. Bahkan, ia
menganggap dirinya sendiri rendah dan tak berguna, tidak mampu berbuat sesuatu,
dan tidak bisa menentukan nasibnya sendiri. Dalam setiap amalnya, ia tetap
berjalan pada jalur syara’, tanpa
melebih-lebihkannya atau menguranginya. Inilah sifat orang-orang ‘arif yang mengenal Allah.
Menemani orang-orang seperti itu,
walaupun ibadahnya sedikit dan amalan sunahnya tidak banya, amat dianjurkan
bagi seorang murid karena banyak
mendatangkan manfaat, baik dari sisi agama maupun dunia sebab manusia selalu
mengikuti tabiat manusia lain.
Adapun orang-orang yang tidak
memiliki sifat-sifat di atas, kita hanya diperbolehkan bergaul dengan mereka
secara lahir, tidak lebih, karena tidak ada gunanya bergaul dengan mereka. Jika
mereka sederajat denganmu, pergaulanmu denga mereka tidak akan mendatangkan
bahaya apa-apa bagimu. Namun, jika derajat mereka berada di bawahmu, Ibnu
Atha’illah memberikan nasihatnya melalui hikmah selanjutnya:
(Ulasan oleh Syekh Abdullah asy-Syarqawi al-Khalwati)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar