“Sebaik-baik amal adalah amal yang
dihasilkan dari sebaik-baik ahwal (keadaan batin) dan sebaik-baik ahwal adalah
yang dihasilkan dari kemapanan maqam-maqam yang diraih.”
--Ibnu
Atha’illah al-Iskandari--
Amal terbaik adalah amal yang
terbebas dari faktor-faktor yang membuat sebuah amal tidak diterima, seperti riya’ dan mengharap keuntungan duniawi. Amal yang lebih baik lagi
adalah amal yang dikerjakan dengan hati yang senantiasa hadir di hadapan Allah
dan tidak peduli dengan bisikan-bisikan setan.
Ahwal
(keadaan batin) terbaik adalah ahwal
yang tergambar dalam bentuk sikap zuhud terhadap dunia dan sikap ikhlas kepada
Allah. Misalnya, dengan meniatkan amal untuk ‘ubudiyah kepadaNya semata, bukan mencari pahala. Ahwal ini didapat dari kemapanan maqam-maqam yang diturunkan ke dalam
hati yang bentuknya berupa makrifat ilahiyah yang menyebabkan seseorang
mengabaikan segala keinginan, baik itu keinginan masuk surga maupun keinginan
selamat dari neraka.
Jika seorang murid berhasil meraih itu, ia akan merasa melihat Tuhannya dengan
hatinya. Dengan begitu, dalam amalnya, ia tidak berharap selain Allah. Buahnya,
amalnya akan terbebas dari segala faktor yang membuat amal tidak diterima.
Hikmah ini merupakan dalil dan penegas hikmah sebelumnya.
Karena sifat-sifat terpuji,
biasanya, tidak tumbuh kecuali dari banyaknya zikir. Ibnu Atha’illah
menyampaikan demikian.
(Ulasan oleh Syekh Abdullah asy-Syarqawi al-Khalwati)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar