“Cahaya bisa menyingkap, mata hati
dapat mengetahui, sedangkan hati bisa menerima dan menolak”
--Ibnu
Atha’illah al-Iskandari--
Cahaya yang dipancarkan Allah ke
dalam hati seorang murid bisa
menyibak berbagai makna dan hal gaib, seperti baiknya ketaatan dan buruknya
maksiat. Mata hati bisa melihatnya. Dalam melihat makna dan hal gaib ini, mata
hati membutuhkan cahaya, seperti halnya mata biasa yang membutuhkan bantuan
cahaya lentera atau matahari ketika akan melihat sesuatu. Cahaya yang
dibutuhkan mata hati itu adalah cahaya batin.
Selanjutnya, yang dilihat oleh mata
hati itu akan diterima atau ditolak oleh hati. Jika mata hati melihat baiknya
ketaatan, hati akan menerima dan mencintainya, lalu diikuti oleh seluruh
anggota tubuh. Bila mata hati melihat buruknya maksiat, hati akan menolak dan
menjauhinya, kemudian diikuti oleh anggota tubuh yang lain.
Hikmah ini juga bisa diartikan bahwa
cahaya bisa menyingkap misteri gaib, seperti rahasia takdir, atau
memprediksikan apa yang akan terjadi di dunia. Setelah itu, mata hati akan
berperan melihatnya dan hati memastikannya. Terkadang penyingkapan dan
penglihatan tersebut tidak sempurna.
Oleh karena itu, seorang mukasyif (yang mampu menyingkap misteri
gaib) harus memastikan terlebih dahulu apa yang disingkapkan di hadapannya itu.
Ia tidak boleh beramal hanya berdasarkan apa yang disingkapkan untuknya. Ia
juga tidak boleh memprediksikan sesuatu sebelum bertanya kepada hatinya, apakah
hatinya itu menerima atau menolaknya. Itulah sebabnya prediksi sebagian wali
ada yang tidak terjadi. Ya, karena ia tidak memastikan terlebih dahulu apa yang
disingkapkan di hadapannya itu.
(Ulasan oleh Syekh Abdullah asy-Syarqawi al-Khalwati)
Bismillahirrohmaanirrohiim mohon share jzkk Moga diterima sebagai amal soleh In Syaa Allah Aamiin Allahumma Aamiin
BalasHapus