“Harapan mesti disertai amal. Jika
tidak, ia hanyalah angan-angan.”
--Ibnu
Atha’illah al-Iskandari--
Harapan yang sesungguhnya ialah
harapan yang memotivasi seseorang untuk bersungguh-sungguh dalam bekerja dan
beramal. Biasanya, orang yang berharap sesuatu, dia akan mencarinya. Orang yang
takut terhadap sesuatu, dia akan menghindarinya.
Jika harapan tidak dibarengi amal,
bahkan pelakunya malas dan enggan bekerja, serta justru mendorong kepada
maksiat dan dosa, menurut para ulama, itu hanyalah angan-angan, bukan harapan
sesungguhnya. Ia bukanlah harapan, melainkan ketertipuan.
Allah swt. berfirman, “Maka datanglah sesudah mereka generasi
(yang buruk) yang mewarisi Taurat, yang mengambil harta benda dunia yang rendah
ini, dan berkata, ‘Kami akan diberi ampun.’” (QS.al-‘Araf [7]: 169)
Rasulullah saw. bersabda, “Orang yang baik ialah orang
yang menghinakan dirinya sendiri dan beramal untuk masa setelah kematian,
sedangkan orang yang buruk ialah orang yang mengikuti hawa nafsunya dan
berharap dari Allah dengan harapan-harapan palsu.”
(Ulasan oleh Syekh Abdullah asy-Syarqawi al-Khalwati)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar