Jumat, 23 Oktober 2015

Alhikam 26 (Buku Kedua)

“Siapa yang berbicara (mengajar) karena memandang kebaikan dirinya, ia akan berhenti ketika berbuat salah. Namun, siapa yang berbicara karena memandang anugerah Allah padanya, ia tidak akan berhenti ketika berbuat salah.”
--Ibnu Atha’illah al-Iskandari--

Siapa yang berbicara tentang ilmu satu kaum dan memberitahukannya kepada murid karena memandang kebaikan dirinya atau karena melihat bahwa ungkapannya tentang ilmu itu bersumber dari kebaikan atau amal salehnya, ia akan berhenti ketika berbuat salah. Ia akan berhenti bicara ketika ia bermaksiat karena malu dengan maksiatnya. Penyebabnya adalah karena memandang kebaikan dirinya saat berbicara. Saat kebaikan itu hilang, bicaranya pun terhenti.
Namun, siapa yang berbicara karena memandang hamparan kebaikan Allah atau memandang bahwa ungkapan dan pemberitahuannya tentang ilmu itu bersumber dari kebaikan Allah dan tidak memandang diri sendiri, ia tidak akan diam ketika berbuat salah. Ia tidak akan berhenti bicara ketika ia melakukan maksiat. Hal itu dikarenakan sikapnya yang tidak memandang diri sendiri dan hanya melihat keesaan dan kekuasaan Tuhannya, membuatnya berani untuk terus berbicara.


(Ulasan oleh Syekh Abdullah asy-Syarqawi al-Khalwati)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar