Jumat, 16 Oktober 2015

Alhikam 6 (Buku Kedua)

“Keinginanmu agar orang mengetahui keistimewaanmu adalah bukti ketidaktulusanmu dalam ‘ubudiyah-mu.”
--Ibnu Atha’illah al-Iskandari--

Keinginanmu agar keistimewaan atau kelebihan yang diberikan Allah kepadamu yang berupa ilmu, amal saleh, atau ahwal batin diketahui orang lain adalah bukti ketidakikhlasanmu dalam ‘ubudiyah-mu.
Keihklasan dalam ‘ubudiyah bermakna kau menyingkirkan segala hal yang bernuansa kemakhlukan dan tidak pernah menoleh ke arahnya. Sekiranya kau tulus dalam menyembah Tuhanmu, niscaya kau cukup puas dengan hanya kau diketahui-Nya. Kau juga tidak akan suka jika orang lain mengetahuimu sebab hal itu dapat membuatnya iri hati kepadamu atas kondisimu akibat pandangannya yang besar terhadap kemakhlukan.
Sebagian orang ada yang suka jika amalnya dilihat manusia. Orang yang seperti ini riya’ dalam amalnya. Barang siapa yang kondisinya ingin dilihat manusia, berarti ia pembohong. Ini biasanya terjadi di awal upaya meniti jalan Allah (suluk). Akan tetapi, jika seorang hamba telah mendapat makrifat dan musyahadah, tak masalah baginya untuk memberitahukan amal-amalnya dan menampakkan kebaikan ahwal-nya karena hal itu bertujuan untuk menunaikan hak syukurnya kepada Allah serta agar banyak orang yang mengikuti jejaknya.
Pada awalnya, ahli tarekat membangun perilaku mereka atas sikap menjauh dari makhluk, menyendiri dengan Yang Maha Haq, dan menyembunyikan amal dan ahwal-nya untuk mewujudkan kefanaan mereka, mengukuhkan kezuhudannya, menjaga keselamatan hati mereka, dan ingin mengikhlaskan amal mereka untuk Tuhan semata. Sampai ketika keyakinan telah merasuki diri mereka dengan kuat dan mereka telah menampakkan hakikat kefanaan, jika Allah berkehendak, Dia akan menampakkan mereka di hadapan manusia. Jika Dia berkehendak, Dia akan menutupinya dari mereka. Keinginan ahli tarekat tidak bergantung pada tampak atau tidaknya amal mereka di hadapan manusia. Mereka hanya mengembalikan segala urusan dan perkaranya kepada Allah swt. semata.


(Ulasan oleh Syekh Abdullah asy-Syarqawi al-Khalwati)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar