Jumat, 16 Oktober 2015

Alhikam 3 (Buku Kedua)

“Siapa yang mengetahui rahasia para hamba, namun tidak meniru sifat kasih sayang Tuhan, maka pengetahuannya menjadi ujian baginya dan sebab datangnya bencana.”
--Ibnu Atha’illah al-Iskandari--

Siapa yang mengetahui rahasia para hamba, tetapi tidak meniru sifat rahmat (kasih sayang) Tuhan, seperti menutupi aib orang-orang yang berdosa, bersabar atas orang-orang yang zalim, memaafkan orang-orang yang bodoh, berbuat baik kepada orang yang berlaku buruk, dan menyayangi para hamba Allah maka pengetahuannya tentang rahasia hamba itu akan menjadi fitnah atau ujian baginya. Hal itu dapat mendorongnya melihat dirinya sendiri dan mengagungkan keduanya, sombong dengan amalnya, dan congkak di hadapan orang lain. Inilah ujian yang paling besar baginya. Bahkan, dapat menjadi sebab datangnya bencana kepadanya karena ia telah mengaku-ngaku memiliki sifat Tuhan dan menandingi-Nya dalam hal kesombongan dan keagungan. Inilah bencana paling besar, kehinaan, dan peringatan yang paling keras.
Diriwayatkan bahwa ketika Allah memperlihatkan kerajaan langit dan bumi kepada Ibrahim as, ia mendatangi seorang laki-laki yang sedang melakukan maksiat terhadap Allah. Ibrahim pun mendo’akan celaka orang itu hingga ia pun binasa. Ibrahim lalu mendo’akan orang lain yang berbuat sama dengannya maka semuanya pun binasa.
Allah swt. lalu berfirman kepada Ibrahim, “Wahai Ibrahim, kau adalah orang yang do’anya selau dikabulkan. Jangan kau do’akan celaka hamba-hamba-Ku karena dari-Ku, mereka akan terbagi ke dalam tiga keadaan: seorang hamba dari mereka bertobat kepada-Ku dan Aku pun menerima tobatnya; Kukeluarkan darinya nyawa yang bertasbih kepada-Ku; atau Kubangkitkan ia dan Kuhadapkan kepada-Ku. Jika Aku mau, Aku akan memberinya maaf. Jika Aku berkehendak, Aku akan menghukumnya.”
Ada yang mengatakan, inilah sebab kenapa Allah memerintahkan Ibrahim untuk menyembelih anaknya, yaitu karena Allah begitu menyayangi hamba-hamba-Nya, seperti Ibrahim menyayangi anaknya. Kesimpulannya, mukasyafah adalah nikmat Allah swt. atas seorang murid. Cara mensyukurinya adalah dengan menutupi aib hamba atau memaafkannya.


(Ulasan oleh Syekh Abdullah asy-Syarqawi al-Khalwati)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar