“Orang lalai memulai harinya dengan
memikirkan, apa yang harus dia kerjakan. Sementara itu, orang berakal
merenungkan, apa yang akan Tuhan lakukan terhadapnya.”
--Ibnu
Atha’illah al-Iskandari--
Orang yang lalai ialah yang lupa tauhid dan lupa bahwa
segala sesuatu terjadi atas ketetapan dan takdir Allah. Di pagi hari, orang
seperti ini akan menisbahkan semua amalnya kepada dirinya sendiri. Biasanya ia
berkata, “Apa yang akan kulakukan hari ini?”
Sementara itu orang berakal, saat bangun pagi, ia
tidak lalai dari tauhid dan tidak lupa bahwa segala sesuatu terjadi dengan
ketentuan dan takdir Allah. Ia juga menisbahkan semua amalnya hanya kepada
Allah. Orang seperti ini akan berkata, “Apa yang akan dilakukan Allah
terhadapku hari ini?”
Orang lalai akan selalu melihat kemampuan dirinya
sendiri. Saat Allah membebaninya dengan sebuah pekerjaan, pekerjaan itu tidak
akan berhasil. Sementara itu, orang yang berakal hanya akan melihat kepada
Tuhannya. Oleh karena itu, Allah akan mencukupi keinginannya dan memudahkan
semua permintaannya. Ini adalah sebuah patokan agar murid bisa mengenali
kondisi dirinya.
Hal pertama yang harus terdetik dalam hati seorang
murid adalah kadar tauhidnya. Seberapa besar kadar tauhidnya? Itu bisa dilihat
melalui kadar cahaya yang datang kepadanya. Jika sejak pertama hatinya hanya
memandang pada daya dan kekuatannya, ia akan terputus dari Allah. jika ia sadar
dan kembali Allah, tentu ia pun akan sampai kepada-Nya.
(Ulasan oleh Syekh Abdullah asy-Syarqawi al-Khalwati)