Sabtu, 12 September 2015

Al-Hikam 121

“Shalat adalah tempat munajat dan kerinduan. Di dalamnya ruang rahasia meluas dan cahaya-cahaya bersinar.”
--Ibnu Atha’illah al-Iskandari--

Munajat bermakna keintiman dan percakapan lembut seorang hamba dengan Tuhannya. Shalat adalah media munajat hamba kepada Tuhannya. Dengan munajat itu, Allah menampakkan sifat-sifat-Nya yang indah sebagai rahmat-Nya kepada para hamba dan seluruh alam semesta. Dengan munajat itu pula, Allah memasukkan ke dalam batin hamba ilmu-ilmu laduni dan rahasia-rahasia pengetahuan.
Shalat juga menjadi sarana pertemuan dan pelepas rindu hamba dengan Tuhannya. Dengan shalat, hamba menghadap-Nya dengan segenap jiwa raga dan mendatangi-Nya secara lahir dan batin sehingga dalam relung batinnya tak ada yang tersimpan selain-Nya. Dengan shalat juga, Allah akan membersihkan hamba-Nya dengan memberinya kemampuan syuhud dan mencurahkan karunia dan kebaikan-Nya. Inilah pembersihan yang paling tinggi. Semakin seorang hamba mendekati-Nya maka Allah pun akan semakin lebih mendekatinya lagi.
Di dalam shalat, ruang hati menjadi luas, sehingga bisa menerima rahasia-rahasia yang berlimpah.
Di dalam shalat pula cahaya bersinar terang. Jika cahaya menyinari hati, hati itu akan lapang dan terbuka menerima berbagai ilmu dan makrifat. Itulah buah munajat dan pembersihan yang disebut di atas. Semuanya adalah penegasan dari hikmah sebelumnya bahwa yang dituntut dari seorang hamba adalah mendirikan shalat secara sungguh-sungguh, bukan sekedar melaksanakannya.


(Ulasan oleh Syekh Abdullah asy-Syarqawi al-Khalwati)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar