“Bersandarlah selalu kepada
sifat-sifat rububiyah Allah (ketuhanan-Nya) dan wujudkanlah sifat-sifat
‘ubudiyah-mu (kehambaanmu).”
--Ibnu
Atha’illah al-Iskandari--
Bersandarlah selalu kepada sifat-sifat rububiyah-Nya dan jangan berusaha
mewujudkan sifat-sifat itu pada dirimu karena seorang hamba tak mampu
melakukannya. Ia hanya bisa bergantung pada sifat-sifat Tuhannya. Maka dari
itu, wujudkanlah pada dirimu sifat-sifat ‘ubudiyah-mu
kepada-Nya.
“Bersandar kepada sifat-sifat rububiyah” bermakna memandang atau memerhatikan maslahat
sifat-sifat itu. Namun demikian, tidak layak bagimu untuk bersifat dengan salah
satunya.
“Mewujudkan sifat-sifat ubudiyah” bermakna melihat dan memerhatikan sifat-sifat itu atau
mengamati pembentukannya untuk dirinya. Sifat inilah yang harus dimiliki
seorang hamba dengan sempurna, bukan sifat-sifat rububiyah-Nya.
Sifat rububiyah
yag didapat seorang hamba yang ada pada dirinya tak lain hanyalah pinjaman
Allah padanya, bukan miliknya pribadi. Jika seorang hamba mendapati sifat kaya
dan mampu, mulia dan kuat pada dirinya, tak lain itu hanyalah milik Allah. ia
harus melihat bahwa sifat-sifat asli yang dimilikinya adalah kebalikan dari
semua sifat Allah, yaitu miskin, lemah, hina, dan tak berdaya. Kemudian, Allah
menyokongnya dengan sifat-sifat-Nya sehingga ia menjadi kaya, mampu, tahu,
mulia dan kuat karena Allah.
(Ulasan oleh Syekh Abdullah asy-Syarqawi al-Khalwati)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar