Minggu, 13 September 2015

Al-Hikam 127

“Bersandarlah selalu kepada sifat-sifat rububiyah Allah (ketuhanan-Nya) dan wujudkanlah sifat-sifat ‘ubudiyah-mu (kehambaanmu).”
--Ibnu Atha’illah al-Iskandari--

Bersandarlah selalu kepada sifat-sifat rububiyah-Nya dan jangan berusaha mewujudkan sifat-sifat itu pada dirimu karena seorang hamba tak mampu melakukannya. Ia hanya bisa bergantung pada sifat-sifat Tuhannya. Maka dari itu, wujudkanlah pada dirimu sifat-sifat ‘ubudiyah-mu kepada-Nya.
“Bersandar kepada sifat-sifat rububiyah” bermakna memandang atau memerhatikan maslahat sifat-sifat itu. Namun demikian, tidak layak bagimu untuk bersifat dengan salah satunya.
“Mewujudkan sifat-sifat ubudiyah” bermakna melihat dan memerhatikan sifat-sifat itu atau mengamati pembentukannya untuk dirinya. Sifat inilah yang harus dimiliki seorang hamba dengan sempurna, bukan sifat-sifat rububiyah-Nya.
Sifat rububiyah yag didapat seorang hamba yang ada pada dirinya tak lain hanyalah pinjaman Allah padanya, bukan miliknya pribadi. Jika seorang hamba mendapati sifat kaya dan mampu, mulia dan kuat pada dirinya, tak lain itu hanyalah milik Allah. ia harus melihat bahwa sifat-sifat asli yang dimilikinya adalah kebalikan dari semua sifat Allah, yaitu miskin, lemah, hina, dan tak berdaya. Kemudian, Allah menyokongnya dengan sifat-sifat-Nya sehingga ia menjadi kaya, mampu, tahu, mulia dan kuat karena Allah.


(Ulasan oleh Syekh Abdullah asy-Syarqawi al-Khalwati)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar