“Jika kau yakin bahwa kau hanya akan
sampai kepada-Nya setelah lenyapnya semua keburukanmu dan sirnanya semua
hasratmu, kau selamanya tidak akan sampai kepada-Nya. Akan tetapi, jika Dia
menghendakimu sampai kepada-Nya, Dia akan menutupi sifatmu dengan sifat-Nya dan
watakmu dengan watak-Nya. Dia membuatmu sampai kepada-Nya dengan kebaikan yang
diberikan-Nya kepadamu, bukan dengan kebaikan yang kau persembahkan kepada-Nya.”
--Ibnu
Atha’illah al-Iskandari--
Kau tidak akan sampai kepada-Nya sekalipun kau melakukan
riyadhah (olah batin) dan mujahadah berusaha menghilangkan aib dan
semua keinginan yang tak layak bagimu, seperti keinginan untuk meraih kekuatan,
kehormatan, kekayaan, dan kekuasaan. Itu adalah sifat-sifat inti dan watak yang
sudah melekat pada seorang hamba dan tak bisa terlepas darinya. Sampainya kau
kepada Allah adalah anugerah-Nya kepadamu, bukan karena usahamu sendiri.
Hal itu diisyaratkan Ibnu Atha’illah dengan ucapannya
“Akan tetapi, jika Dia menghendakimu sampai kepada-Nya, Dia akan menutupi
sifatmu dengan sifat-Nya, watakmu dengan watak-Nya.” Allah akan menutup dan
menghapus sifat-sifat buruk darimu. Dia juga akan mengabadikan ketiadaan
sifat-sifat burukmu itu dengan menampakkan sifat-sifat yang baik padamu.
Hal itu diisyaratkan Allah dalam sebuah hadis qudsi, “Hamba-Ku terus mendekatkan dirinya
kepada-Ku dengan ibadah-ibadah sunnah sampai Aku mencintainya. Dan jika Aku
mencintainya, Aku akan menjadi pendengarannya yang digunakannya untuk
mendengar, penglihatannya yang digunakannya untuk melihat, tangannya yang
digunakannya untuk memukul, dan kakinya yang digunakannya untuk berjalan.”
Allah akan membawamu sampai kepada-Nya dengan
anugerah-Nya kepadamu, yaitu berupa sifat-sifat-Nya yang ditampakkan-Nya pada
dirimu, bukan dengan usahamu dalam beramal.
Asy-Syadzili berkata, “Seorang wali tidak akan pernah
sampai kepada Allah selama ia memiliki syahwat, keinginan dan pilihan. Walaupun
Allah sudah memberi jalan baginya, ia tetap tidak akan sampai kepada-Nya.
Namun, jika Allah menginginkan untuk mendekatkan hamba itu kepada-Nya, Dialah
yang akan mengaturnya, yaitu dengan menampakkan sifat-sifat-Nya yang tinggi dan
suci sehingga akan menghilangkan sifat-sifat hamba-Nya yang buruk. Saat itu,
hamba tersebut tidak lagi memiliki keinginan dan pilihan, kecuali yang
dipilihkan dan diinginkan Tuhannya.”
(Ulasan oleh Syekh Abdullah asy-Syarqawi al-Khalwati)
Bismillahirrohmaanirrohiim mohon share jzkk Moga diterima sebagai amal soleh In Syaa Allah Aamiin Allahumma
BalasHapus