Senin, 28 September 2015

Al-Hikam 143

“Alam ini ada dengan penetapan Allah dan ia lenyap dengan keesaan dzat-Nya.”
--Ibnu Atha’illah al-Iskandari--

Pada mulanya, alam semesta ini tidak ada. Alam semesta memiliki sifat wujud dengan penetapan Allah swt. terhadapnya atau dengan penampakan-Nya di dalamnya. Ketetapan alam ini bersifat relatif karena tak ada yang mutlak, kecuali Dia. Oleh karena itu, Ibnu Atha’illah berkata, “Alam lenyap dengan keesaan dzat-Nya.”
Siapa yang melihat kepada keesaan dzat-Nya maka ia tidak akan mendapati alam ini tetap dan berwujud. Alam memiliki sifat tetap dengan memandang kepada keesaan-Nya. Menurut orang-orang ‘arif, keesaan maknanya adalah kemurnian, kemutlakan, dan keterbebasan dari penampakan pada alam semesta. Keesaan dalam arti itu berbeda dengan ke-satu-an karena kesatuan ialah penampakan dzat yang lahir di alam semesta sehingga alam semesta menjadi ada berdasarkan adanya Yang Maha Haq di sana. Oleh sebab itu, mereka berkata, “keesaan umpama lautan tanpa gelombang, sedangkan kesatuan umpama lautan dengan gelombang.”
Bagi mereka, Allah swt. seumpama lautan dan alam semesta ini seperti gelombang yang digerakkan oleh lautan itu. Gelombang tentu berbeda dengan lautan. Inilah tauhid orang-orang ‘arif.
Di dalam kitab ini, Ibnu Atha’illah mengulang-ulang ungkapannya tentang hal ini. Ia mengatakannya dengan berbagai ungkapan yang berbeda untuk mewujudkan yang benar dan menyingkirkan yang batil dari dirimu. Sebagian orang membahasnya secara khusus dalam satu karya tersendiri atau membahasnya dalam pembahasan tentang wihdatul wujud (kesatuan wujud).


(Ulasan oleh Syekh Abdullah asy-Syarqawi al-Khalwati)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar