Senin, 28 September 2015

Al-Hikam 152

“Boleh jadi Allah memberimu manfaat pada saat malam kesempitan yang tidak kaudapatkan pada saat siang kelapangan. ‘Kalian tidak mengetahui mana yang lebih bermanfaat bagi kalian.’(QS.an-Nisa’ [4]: 11)”
--Ibnu Atha’illah al-Iskandari--

Kesempitan diumpamakan dengan malam hari karena pada kedua keadaan tersebut terdapat kesunyian. Manfaat yang dimaksud adalah manfaat ilmu dan pengetahuan. Adapun kelapangan diumpamakan dengan siang hari karena pada kedua kondisi tersebut manusia bertebaran ke seluruh penjuru.
Siapa yang mendapatkan kelapangan maka jiwanya akan bergejolak untuk menampakkan pengetahuan dan hal lain yang dimilikinya. Mungkin ini akan menjadi sebab ia dihijab. Beda halnya dengan orang yang mengalami kesempitan, jiwanya akan lelah dan merasa hina. Ini akan menjadi sebab Allah akan menganugerahinya bermacam kebaikan. Oleh karena itu, orang-orang ‘arif lebih mengutamakan masa sempit daripada masa lapang.
Saat sempit, jiwa tidak memiliki kesenangan dan keuntungan. Ia lebih mampu untuk menunaikan hak-hak Allah dan etika-Nya. Saat sempit, terkadang jiwa juga mengalami ketakutan dan ketidaksabaran dalam melawan kuasa Ilahi. Oleh karena itu, seorang hamba harus sadar dan tahu kadar nikmat Allah kepadanya saat sempit, sebagaimana ia harus mengetahuinya saat lapang. Pada dua kondisi itu, ia harus tetap bersandar kepada Tuhannya dan berbaik sangka kepada-Nya karena ia tidak mengetahui mana yang lebih bermanfaat baginya.
Allah swt. berfirman, “Kalian tidak mengetahui mana yang lebih bermanfaat bagi kalian.” (QS.an-Nisa’ [4]: 11)


(Ulasan oleh Syekh Abdullah asy-Syarqawi al-Khalwati)

1 komentar:

  1. Bismillahirrohmaanirrohiim mohon share jzkk Moga diterima sebagai amal soleh In Syaa Allah Aamiin Allahumma Aamiin

    BalasHapus