Senin, 28 September 2015

Al-Hikam 153

“Tempat terbitnya cahaya Ilahi adalah hati dan relung batin.”
--Ibnu Atha’illah al-Iskandari--

Tempat terbitnya cahaya maknawi yang berupa bintang-bintang pengetahuan, bulan ilmu, dan matahari tauhid adalah hati dan relung batin. Hati orang ‘arif seumpama langit yang di dalamnya seluruh bintang bersinar.
Cahaya-cahaya maknawi itu lebih terang sinarnya daripada cahaya-cahaya bintang sesungguhnya. Seorang ‘arif berkata, “Jika Allah membukakan tempat-tempat bersinarnya cahaya di hati para wali-Nya, niscaya cahaya matahari dan bulan akan redup oleh pancaran cahaya hati mereka. Cahaya matahari dan bulan tak sebanding dengan cahaya hati karena cahaya keduanya masih bisa dihalangi oleh gerhana, selain juga akan tenggelam di malam atau siang hari. Sementara itu, cahaya hati wali Allah tidak pernah tenggelam atau mengalami gerhana.
Asy-Syadzli berkata, “Jika Allah menyingkap cahaya seorang mukmin yang bermaksiat, cahaya itu menyinari semua yang ada di antara langit dan bumi. Lantas, bagaimana halnya dengan cahaya mukmin yang taat?”
Di antara bukti kelembutan Allah untuk seluruh makhluk adalah, Dia tidak menyingkap cahaya-cahaya kaum ‘arif. Al-Mursi berkata, “Jika Allah membukakan hakikat para wali-Nya, niscaya wali-wali itu akan disembah karena sifat-sifat dan watak-wataknya sama dengan sifat-sifat Allah swt.”


(Ulasan oleh Syekh Abdullah asy-Syarqawi al-Khalwati)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar