“Allah melarangmu mengakui hak orang
lain yang bukan milikmu. Lalu, mungkinkah Dia membolehkan mengakui sifat-Nya,
padahal Dia Tuhan Pemelihara alam semesta?”
--Ibnu
Atha’illah al-Iskandari--
Allah mengharamkanmu untuk mengaku-ngaku sesuatu yang
bukan milikmu, misalnya mengaku-ngaku kepemilikan harta yang diberikan-Nya
kepada makhluk-Nya yang lain. Tindakan ini disebut Allah sebagai ‘udwan (tindakan melampaui batas) dan
kezaliman. Jika tindakan ini dilarang-Nya, apakah Dia membolehkan mengaku-ngaku
sifat-sifat yang dimiliki-Nya?
Apabila tindakan mengaku-ngaku hak milik orang lain
saja diharamkan, tentu saja tindakan mengaku-ngaku sifat Allah lebih dilarang
lagi. Tindakan ini merupakan ‘udwan
dan kezaliman yang lebih besar dan lebih berat.
Jika kau mengaku kaya, berkuasa, terhormat, kuat, dan
alim, sebagaimana yang terjadi pada sebagian orang, itu termasuk maksiat dan
dosa besar. Bahkan, menurut pandangan orang-orang ‘arif, itu merupakan tindakan menyekutukan Tuhan dan kekejian yang
paling keji. Hal itu dikarenakan di dalam hati hamba, ada sekutu Allah, yaitu
dirinya yang mengaku sifat-sifat rububiyah
Allah, baik dengan keyakinan maupun ucapan. Itu sama dengan tindakan menandingi
Allah dan sombong di hadapan-Nya.
Dalam hadis qudsi, Allah berfirman, “Kesombongan adalah serban-Ku dan kebesaran
adalah sarung-Ku, siapa yang menandingi-Ku dalam salah satu sifat itu, maka Aku
akan menjerumuskannya ke dalam neraka.” Makna menandingi di sini adalah
mengaku-ngaku dengan ungkapan dan keyakinan.
(Ulasan oleh Syekh Abdullah asy-Syarqawi al-Khalwati)
Bismillahirrohmaanirrohiim mohon share jzkk Moga diterima sebagai amal soleh In Syaa Allah Aamiin Allahumma Aamiin
BalasHapus