Senin, 14 September 2015

Al-Hikam 130

“Yang harus diperhatikan bukan sekadar meminta, melainkan bagaimana kau dianugerahi adab yang baik.”
--Ibnu Atha’illah al-Iskandari--

Yang harus diperhatikan bukan sekadar berodo’a dengan lisan. Sebaliknya, menurut para muhaqqiq, yang penting bukanlah berdo’a dengan mengarahkan semua permintaan dan kebutuhanmu kepada-Nya semata. Cara itu belum memenuhi etika-etika dan kesopanan berdo’a.
Namun, yang paling penting menurut para muhaqqiq adalah kau meminta seluruh permintaanmu itu dari-Nya semata, bukan bertujuan mendapatkan bagian dan keinginanmu saja, melainkan memintanya sebagai perwujudan dari ‘ubudiyah-mu kepada-Nya dan pelaksanaan terhadap  hak-hak rububiyah-Nya. Dengan begitu, kau akan mendapat adab yang baik dari-Nya. Permintaanmu dan adab baikmu itu menjadi pelaksanaan yang sesungguhnya dari hak-hak etika dalam berdo’a.
Maksud meminta dalam hikmah di atas adalah permintaan dengan hati atau hasrat hati kepada suatu tujuan. Jadi, yang harus diperhatikan bukanlah kau meminta sesuatu dari Tuhanmu dengan hatimu, baik disertai dengan permohonan lisan maupun tidak, namun yang paling penting adalah bagaimana kau diberikan adab yang baik oleh-Nya, yaitu tidak meminta kepada-Nya karena kau merasa cukup dengan pandangan Allah terhadapmu.
Etika yang baik dalam berdo’a pada ungkapan pertama adalah agar berdo’a kapada Allah sebagai bentuk ‘ubudiyah dan pelaksanaan terhadap hak-hak rububiyah-Nya, bukan untuk mendapatkan keuntungan pribadi saja. sementara itu, pada ungkapan kedua adalah meninggalkan do’a karena puas dengan bagian yang telah diberikan-Nya dan cukup dengan kehendak-Nya serta sibuk dengan zikir kepada-Nya.


(Ulasan oleh Syekh Abdullah asy-Syarqawi al-Khalwati)

1 komentar:

  1. Bismillahirrohmaanirrohiim mohon share jzkk Moga diterima sebagai amal soleh In Syaa Allah Aamiin Allahumma Aamiin

    BalasHapus